➋➎ | Meet

64.6K 4.1K 318
                                    

Perjalanan bersama Jasmine tidak sesepi bersama Ovie. Jasmine lebih aktif bertanya. Setiap bangunan unik yang mereka lewati pasti akan Jasmine tanyakan. Berbeda dengan Ovie yang lebih memilih diam, atau Kevin yang cuek dan terkesan tidak peduli pada sekitarnya, atau juga Maudy yang asik sendiri dengan ponselnya guna memotret banyak foto selama diperjalanan.

"Masih jauh, ya, om?"

"Nggak, dikit lagi." Jawab Seno tidak yakin. Ia masih kurang tahu dimana tepatnya tempat tersebut. Yang ia ingat hanya nama bar itu, tempat yang jika siang jadi cafe, dan malam jadi club. Senopun belum tau kalau bar itu adalah punya anaknya yang dibuat atas nama Zefanny. Dan tentunya, Senopun tidak kenal siapa itu Zefanny.

Seno memberhentikan mobilnya. Ia menatap Jasmine. "Kamu tunggu sini aja, ya."

"Lho, kan tujuan aku kesini bukan untuk lihat jalanan. Tapi, untuk ketemu Kevin. Jadi, aku aja om yang turun."

Seno menggeleng. "Kamu emang akan bertemu Kevin, tapi bukan ditempat seperti ini. Masih ada waktu."

Jasmine kembali terdiam, ia menoleh ke samping kiri. Melihat supermarket yang buka 24jam. Otaknya mulai berputar dan merencakan sesuatu. "Beliin aku minum, ya, om. Diluar pasti dingin banget, aku nggak bakal kuat."

Seno melihat Jasmine curiga. Merasa aneh dengan Jasmine yang tiba-tiba merasa haus. Tapi melihat Jasmine yang terus memohon membuat Seno terpaksa harus menuruti kemauan perempuan itu.

"Kamu disini, jangan kemana-mana." Perintah Seno. Ia mulai keluar dari mobil dan menyebrangi jalan, setelahnya ia sudah masuk dibalik pintu kaca supermarket tersebut.

Jasmine tersenyum puas. Tak mau membuang waktu, ia segera keluar dari mobil dan memasuki tempat yang terdapat Kevin didalamnya. Jasmine tidak pernah bertemu Kevin sebelumnya, ia hanya melihat Kevin dari foto yang Luna berikan, dan juga ia melihat Kevin dari akun sosial media yang cowok itu punya. Tidak banyak yang ia dapat, tapi sudah cukup membuat Jasmine menyukai pria itu.

Jasmine menutup matanya saat pertama kali melangkahkan kakinya masuk ke tempat itu. Matanya belum dapat menyesuaikan cahaya yang kelap-kelip. Ia kembali melangkah, meski terkadang tubuh mungilnya tersenggol dan mendapat omelan orang-orang.

"Apaan sih!" Jasmine berbalik, melihat seorang pria dengan badan tinggi dan otot besar, juga jangan lupakan tatonya yang pamerkan di lengan kirinya. Pria itu sedari tadi mencolek-coleknya, membuat ia kesal.

"Sendirian aja? Mau ditemenin nggak?"

"Siapa sih? Kita kenal?"

Pria itu semakin berjalan mendekat, sontak membuat Jasmine mundur. Saat pria itu mendekatkan wajahnya, tangan Jasmine menampar pipi kiri pria itu dengan keras dan berteriak.

Teriakan kencang itu sontak membuat pengunjung yang ada di dekat Jasmine menoleh, tapi tak lama kemudian kembali sibuk dengan urusannya kembali.

"Jauh-jauh!" Jasmine berlari menjauhi pria aneh yang baru saja ia temukan. Ia berlari ke ujung hingga ada meja didepannya, meja panjang yang ada bertender dan berbagai jenis minuman disana.
Ia memicingkan matanya, dalam pandangannya ia sangat penasaran dengan rasa minuman yang berwarna itu. Kejadian tegang tadi membuatnya sedikit lelah dan haus. Kali ini betulan.

Ia melihat ke kiri, pandangannya langsung tertuju pada pria yang dikelilingi banyak wanita. Ia seperti mengenali pria itu. Ia mencoba mengingat dan iapun tahu siapa sosok tersebut.

Ia melangkah mendekat.

"Kevin," panggilnya saat sudah sampai didepan pria yang bernama Kevin; calon suaminya.
Suaranya kalah dengan suara musik. Akhirnya yang Jasmine lakukan adalah berdiri didepan Kevin, Kevin yang menunduk dan merasakan ada seseorang tepat didepannya sedang memperhatikannya.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang