Apa yang kalian lakukan jika ada orang yang dengan terang - terangan menyukai kalian? Beberapa akan menganggap dirinya spesial, apalagi yang menyukai itu adalah orang yang kita suka. Jika itu aku, aku. Aku? Aku akan bertanya, "kenapa aku? Why?" kukira banyak yang lebih cantik dan lebih manis. Dan aku takut, sangat takut.
Percaya tidak? Harus percaya pokoknya! Anak baru yang ada di kelasku walaupun terlihat baik-baik tapi ada yang salah dengan anak itu. Pertamanya sih biasa saja anaknya, tapi kok rasanya memang ada yang aneh dengannya. Aku tidak mempermasalahkan di sekitarku ada orang aneh. Apakah aku salah bila menganggap ini luar biasa anehnya?
Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba dia bilang sama Dion kalau dia suka sama aku. Awalnya aku cuma respect dan aku hargai rasa suka Reza ke aku itu cuma sebatas teman sekelas. Aku tak mengira akan terjadi banyak masalah karena pengakuan Reza soal perasaannya itu kepadaku, walaupun dia meminta Dion mengatakanya padaku. Dan itu terjadi saat di kelas, hampir seluruh anak - anak di kelas mendengarnya. Ada rasa agak kesal campur malu. Bingung mau bilang apa saat itu, jadi kudiamkan saja saat Dion bilang kalau si Reza suka sama aku. Menurut kalian gimana? Anak kelas tiga SD, yang bahkan makan saja masih di suapin, mandi masih dimandikan, kukira pantat anak kelas tiga SD juga masih biru, apalagi kebutuhan mereka juga masih disiapin orangtua. Sudah berani bilang suka-sukaan ke lawan jenis. Aku tidak mempermasalahkan suka atas dasar kagum, atau sebagai teman. Ini bukan suka yang seperti itu, lebih ke cinta monyet.
Atas dasar apa, seorang anak baru di kelasku mengaku menyukaiku dan dengan percaya dirinya bahwa aku akan membalas perasaannya. Yang kaya begini nih bisa-bisa menjadi kutu di dalam kelas. Hama pembawa sial, dan terburuknya dari satu kelas yang tahu menjadi satu sekolah. Bayangkan setiap berangkat sekolah, akan ada kakak kelas ataupun adik kelas atau mungkin anak di kelasku yang bilang gini, "cie.. cie.. yang di tembak Reza." Dalam hati cuma bisa sabar, soalnya semua sekarang sudah berpihak pada Reza. Disaat aku sedang mencari banyak teman perempuan dan Reza datang dengan mencari cinta monyetnya. Sepertinya tidak punya teman itu adalah jalan keluar yang paling baik. Terima kasih Reza karena kehadiranmu itu aku jadi bahan bully.
Jadi pernah si Reza menulis di papan tulis yang berbunyi, ‘Anna ❤ Reza’ – atas namaku, tengah emotikon love dan bawah nama dia - dan aku ingin berteriak sekeras mungkin, karena itu sangat memalukan. Dimana coretan papan tulis itu menjadi bertebaran dimana - mana. Awalnya hanya di papan tulis, karena anak - anak yang lain jadi ikut - ikutan. BOOM.. papan tulis kayaknya kurang besar deh! Yak betul, di jalan depan sekolah dari yang beraspal sampai jalan setapak. Setiap jalan yang kulewati aku melihat namaku dan namanya Reza yang tak lupa emticon love. Bisa dibilang ini adalah teror terang - terangan.
Jadi begini rasanya dipermalukan di depan umum, padahal tidak membuat kesalahan. Kita memang saat itu masih anak - anak, tapi perbuatan Reza itu kekanakan. Lebih tepatnya buang - buang tenaga, menurutku diam itu akan menyelesaikan masalah. Sayangnya tidak, karena aku yang dari awal membiarkannya berbuat sesukanya malah mejadi bumerang untukku. Akhirnya timbul rasa benci yang teramat hingga ingin membalas apa yang Reza perbuat padaku.
Dibalik tekanan - tekanan yang aku dapatkan, ternyata jadi banyak yang peduli padaku. Entah kenapa aku jadi punya banyak teman. Yang awalnya aku susah mencari teman, bahkan aku tak perlu mencari mereka datang sendiri. Dari rasa muak melihat kelakuan Reza, mereka yang awalnya di pihak Reza malah berpihak padaku. Itu juga setelah aku membuat perhitungan dengan Reza.
Mungkin sedikit kelewatan tapi cukup untuk membungkam kelakuannya. Setiap Reza melakukan sesuatu, seperti menulis namaku dan namanya di manapun itu, seketika aku langsung menghampirinya dan memukul apa yang bisa aku pukul, menendang apa yang bisa aku tendang dari salah satu bagian tubuhnya. Walaupun itu sebenarnya menyakitinya dan sebenarnya aku tak tega melakukannya, tapi cara itu berhasil. Dan itu membuat aku jadi pusat perhatian satu sekolah, bagaimana caraku membela diri dari gangguan anak yang nggak tahu diri itu. Aku merasa dianggap dan aku bahagia. Walaupun tetap saja aku masih selalu menjadi bahan ejekan yang tiada henti-hentinya. Setidaknya dibelakangku ada orang - orang yang turut membelaku dari adik kelas dan kakak kelas.
Masalah satu selesai, masalah lainnya muncul lagi. Kelakuan si Reza yang makin hari makin menggila. Aku sampai bingung harus bagaimana lagi aku menghadapinya. Memberinya satu dua pukulan sudah tidak mempan lagi. Bahkan bisa di bilang makanan sehari - harinya, sehingga anak itu sudah kebal dengan pukulan maupun kekerasan fisik lain yang kuberikan padanya. Menurutku ini menjijikkan sekali, saat guru pergi dengan meninggalkan tugas, apa yang akan terjadi? Yang rajin bakal ngerjain tugas, terus yang lain pada rusuh sendiri. Sudah pasti begitukan. Okay, maksudku aku termasuk anak yang rajin. Tapi menjadi anak rajin itu pasti ada saja hambatannya, apalagi hambatannya itu jelas terlihat.
Saat mengerjakan tugas ada kalanya kita pasti melakukan kesalahan, dan jika ada yang salah harus di...? Ya betul di hapus. Dan yang kita butuhkan adalah penghapus, tip-ex, selain untuk menghapus tulisan yang salah tip-ex digunakan juga untuk berkreasi di meja. Yups, salah satunya ada namaku di beberapa meja yang di tulis menggunakan tip-ex. Bukan hanya namaku saja tapi lebih lengkapnya tertulis ‘Anna ❤ Reza’. Buset dah bingung banget cara bersihinnya. Kalau di kerik dengan penggaris besi atau cutter malah berbekas di meja. Serba salah banget. Apa lagi yang dilakukan Reza itu termasuk fandalisme, anak SD mana tahu apa itu fandalisme. Merusak fasilitas milik sekolah dan harusnya diberi sanksi tegas. Sayang, itu tidak berlaku. Teguran demi teguran hanya dianggap angin lewat oleh anak - anak.
Dan untuk kesekian kalinya aku menangis gara - gara sebuah coretan di meja. Aku kelewatan memang tapi dia juga lebih kelewatan, semakin lama bukan hanya kesal kepadanya bahkan lebih dari itu. Musuh lebih tepatnya. Aku nggak bisa tinggal diam lagi, aku semakin waspada dengannya. Bahkan sebelum dia bertindak aku sudah membuat pencegahan terlebih dahulu. Aku nggak mau kecolongan lagi apalagi perbuatan seperti itu terulang kembali. Dia mendekat aku langsung pergi menjauh dan setiap dia mau meminjam sesuatu dariku, selalu tak kuperbolehkan. Jika sampai ku perbolehkan, itu akan menjadi musibah bagiku. Bagaimana tidak, pernah sekali dia meminjam penggarisku dan apa yang terjadi dengan penggaris itu, ya dari penggaris bersih menjadi ada tulisannya. Menggunakan tip-ex tentu saja. Bukan bermaksud pelit tapi kalau tidak begitu barang - barangku yang akan menjadi korbannya.
Benar atau salah yang kulakukan ini sudah menjadi nomor sekian. Tapi aku suka tidak tega dengannya, ya kalau dipikir-pikir itu termasuk salahku juga. Kenapa? Ya karena aku terus meladeninya. Cukup, jika aku diam dan membiarkan dia melakukan sesukanya (mungkin), tidak tapi pasti dia akan berhenti ya karena bosan. Walaupun kemungkinan ini sudah seperti mejernihkan air keruh, tapi patut dicoba. Masalahnya kenapa dulu aku tidak terpikirkan soal itu, ya jelas aku masih anak-anak. Itulah sebabnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Bully [SELESAI]
Teen FictionSiapa sih yang suka dibully? Yang jelas semua orang tidak mau dibully. Tapi kita hidup di circle, bahwa bully itu wajar. Wajar kalo kelebihan dan kekurangan seseorang pantas untuk dirundung. Perundungan yang amat menaikkan derajat si perundung, sert...