Aku di gazebo ngobrol-ngobrol sama Rafa. Dia curhat katanya bingung mau ikut angkatan atau polisi. Tapi Rafa inginnya ikut angkatan. Yah aku soal gituan mana ngerti, dia anak IPS KKO lah aku anak MIPA, dia udah sering fisik lah aku fisik sedikit aja langsung sengklek. Tapi aku bilang teserah kamu aja, ikuti apa keinginanmu dan apapun hasilnya terima aja. Soalnya pendaftarannya sudah mau dibuka. Setelah lama aku ngobrol dengan Rafa aku bilang mau ke ruang rapat dulu. Sebenarnya sudah dari tadi aku mengajak Rafa untuk ke mushola tidur, tapi dianya nggak mau. Saat aku sudah di depan pintu ruang rapat bau AC-nya memabokkan sekali kaya di bus, nggak enak. Sebelumnya aku masuk, jadi nggak jadi masuk. Sebenarnya mau ambil jaket jadi nggak jadi.
“Raf aku duluan ke mushola ya?”
“Oke.”
Setelah itu aku langsung menuju ke mushola sendiri. Aku lewat depan laboratorium tempat anak cowok pada tidur ternyata denger punya denger, anak cowok itu belum banyak yang tidur malah banyak yang main game dan aku tak sengaja mendengar ada ost anime entah apa itu. Tapi kenapa nontonnya disekolah nggak di rumah aja, takutnya nanti malah gimana-gimana. Aku kalau nonton juga di rumah, nggak di sekolah entar malah jadi masalah. Aku lanjutkan jalannya dan sampai juga di mushola.
Ternyata banyak yang belum tidur di mushola. Masih pada ngobrol. Dan ada MIPA 5 lagi disana. Aku langsung bergabung dengan tiga teman sekelasku di sana untuk tidur. Suasana yang adem bikin enak mau tidur. Sekitar jam setengah satu lebih, aku sudah tidur tapi belum nyenyak banget masih belum sampe ke mimpi. Nggak lama aku kebangun denger ada yang ngobrol keras banget. Aku lihat ada Rafa dan temannya sudah ada di mushola dia menggunakan gulungan tikar untuk bantal lalu aku pindah tempat ke tempatnya Rafa sekalian tidur deket sana karena lebih hangat dari tempatku tidur.
Kalau masih ngantuk ya tetep aja tidur lagi akunya. Baru aja nutup mata, ada yang teriak lagi keras banget. Nggak mikir banget tu orang, ngganggu orang mau tidur aja. Aku tahu siapa orangnya ya anak MIPA 5 yang sok banget gila tuh orang nggak punya otak. Kalau aja aku itu orangnya langsung spontan aja gitu udah aku lempar tikar bener tu orang. Kesel banget aku, kan nanti jam tiga itu murid yang beragama islam itu harus sudah bangun untuk menunaikan solat tahajud. Kalau nggak tidur mana bisa solat. Kalau nggak bisa tidur itu nggak usah teriak-teriak nggak usah di mushola juga. Ra duwe utek tenan kog piye, pikiranne ki wes di guwang nandi. Wong kancane arep do turu malah do brisik. Nek muk arep omongan sirih we ra iso po piye. Gek bola-bali meneh kurang ajar tenan. Yah seperti itulah perasaanku yang tidak terucapkan. Aku sudah tahu pasti akan jadi seperti ini, tapi kalau disuruh di ruang rapat mana betah aku. Masih kukendalikan emosiku, kalau nggak hekh.
Masih bisa tidur, kutidur lagi sekitar jam dua’an. Ya Allah ya Rabbi, nyebut aku denger ada yang teriak lagi sambil nyebut nama orang yang ada di serambi mushola yang sedang tidur. Kampleng tenan ki bocah, batinku. Dan aku putuskan untuk benar-benar bangun. Aku duduk rasanya itu pusing banget, nyawaku baru muter-muter nggak karuan mau masuk apa enggak. Makin keras ngomongnya, udah nggak bisa tidur, rasa sakit sariawanku mulai cekot-cekot dimulut. Aku bangun dari dudukku dan berjalan menuju tempat wudhu untuk cuci muka dan kumur-kumur. Habis itu aku lihat dicermin wajahku, subhanallah mataku merah, kantung mataku gelap dan raut wajahku loyo banget. Kalau nanti ada apa-apa di jalan waktu pulang aku bakal salahin mereka karena membuat anak orang nggak bisa tidur.
Aku kembali ke serambi dan duduk di belakang. “Eh jangan di tempatin itu udah aku chim. Itu udah ada jaketku.” Salah satu anak MIPA 5 bilang kepadaku. Chim itu kata lain dari booking okelah. Terserah banyak katalah beda kecamatan udah beda lagi penyebutannya.
“Ya.”
Akhirnya aku melihat temanku dari MIPA 4 si Reni datang dan duduk di dekat selasar. Di sana ada bangku buat duduk. Langsung saja kuhampiri dan kuceritakan padanya semua yang kualami di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Bully [SELESAI]
Teen FictionSiapa sih yang suka dibully? Yang jelas semua orang tidak mau dibully. Tapi kita hidup di circle, bahwa bully itu wajar. Wajar kalo kelebihan dan kekurangan seseorang pantas untuk dirundung. Perundungan yang amat menaikkan derajat si perundung, sert...