Keesokkan harinya setelah ada yang neror aku. Sekarang aku lagi ketawa soalnya karena kemarin aku bilang nggak akan ada yang ngasih teror lagi, sekarang malah ada lagi. Tapi yang menemukan bukan aku, aku hanya dikasih teman yang menemukan ada di atas taman depan kelas yang kertasnya ditindih batu. Ampun dah sekarang mereka sudah pada tahu, padahal niatnya ingin aku urus sendiri.
Terus dan terus tak ada henti-hentinya. Dari cuma tulisan di kertas sekarang sampai di tulis di jalanan. Bego kali ya tuh orang. Aku sudah nggak mau tahu lagi toh orangnya juga nggak pernah muncul. Karena masalah ini juga udah sampai ke kakak kelas jadi salah satu kakak kelas ada yang bertanya padaku waktu di masjid. Iya dia juga se masjid denganku.
“Katanya kamu di teror ya. Kog bisa sih, siapa yang neror e?” tanyanya padaku.
“Bukan katanya lagi. Tapi emang lagi di teror aku. Mana ku tahu siapa yang ngasih teror ke aku.”
“Terus kamu mau gimana?”
“Ya gimana? Orang nggak tahu juga siapa yang ngelakuin. Biarin aja biar seneng aja dulu orangnya. Kan nanti juga dapet balasan dari yang Di Atas.”
“Aku bantu boleh?”
“Maksudnya bantu gimana?”
“Aku kan kadang setiap sore sering lihat anak-anak pada main sepakbola di lapangan. Siapa tahu aku nemuin orang yang neror kamu.”
“Emangnya boleh?”
“Boleh. Pokoknya aku bakal bantu, soalnya aku juga penasaran siapa sih orang iseng yang kurang kerjaan neror-neror orang tanpa alasan.”
“Oke deh. Aku tunggu info darimu ya. Makasih banget udah mau nolongin aku.”
“Iya, kan kita temen ngaji bareng.”
Setelah beberapa hari diselidiki oleh kakak kelas tapi tidak ada yang mencurigakan. Mungkin orang yang neror aku itu tahu kalau diselidiki jadi orangnya tidak muncul. Walaupun katanya nggak ada yang nulis teror itu waktu itu tapi, tetap saja paginya pasti ada kertas teror itu lagi. Apa jangan-jangan orangnya ngasih teror ke aku waktu malam. Oh iya kenapa aku percaya banget sama kakak kelas ini, entahlah aku juga nggak tahu. Kadang aku juga berfikir kalau mungkin saja dia tahu siapa yang meneror aku tapi dia menyebunyikannya dariku.
“Gimana kemarin udah ketemu orangnya yang neror aku?”
“Yah belum. Kemarin aku nunggu sampai mau magrib nggak ada yang dateng.”
“Ya udah nggak apa-apa. Lebih baik mulai sekarang nggak usah aja.”“Jangan! Aku bantu aja.”
“Udah nggak usah biarin aja, udah beberapa hari juga nggak ada tanda-tanda keberadaan orang yang neror juga. Aku juga nggak enak sama kamu kan ini masalahku jadi kamu nggak perlu bantu lebih jauh lagi. Udah sampai sini aja.”
“Enggak apa kog. Kan aku juga bantunya sekalian mumpung aku di lokasi, aku juga seneng kog bisa bantu.”
“Ahh. Terserah kamu aja, tapi ini bukan aku ya yang maksa kamu untuk menyelidiki masalah ini.”
“Beres deh. Ini murni kemauan aku sendiri kog.”
“Kalau ada apa-apa bilang sama aku ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Bully [SELESAI]
JugendliteraturSiapa sih yang suka dibully? Yang jelas semua orang tidak mau dibully. Tapi kita hidup di circle, bahwa bully itu wajar. Wajar kalo kelebihan dan kekurangan seseorang pantas untuk dirundung. Perundungan yang amat menaikkan derajat si perundung, sert...