26

19 3 0
                                    

Bagaimana kabar Atik sekarang? Aku melihat banyak hal yang berubah darinya, setelah aku sudah tidak lagi menjadi sahabatnya. Aku lebih sering melihatnya lebih ugal-ugalan. Dia lebih ke menjadi bebas, bukan yang ke lebih baik tapi lebih ke kelakuan yang urakan. Itu cara pandangku saja, aku juga tidak tahu apa yang terjadi padanya. Pada dasarnya aku melihat dia lebih bahagia tanpa aku.

Bukan urusanku lagi. Dia juga bukan Atik yang kukenal dulu, dan Atik yang sekarang bukanlah temanku. Aku juga mencoba bersikap biasa saja dengannya. Berbicara dengannya tak lagi asik dan canggung. Maka dari itu aku memilih untuk tak lagi berhubungan dengannya.

Lalu bagaimana denganku? Setelah semua berakhir aku tak lagi berteman dengan Atik. Masih ingat dengan Tara. Dia sekarang menjadi temanku, ya walaupun awalnya aku hanya memberi surat yang kumasukkan kedalam tasnya. Dan dia membalas juga. Dan dari situ aku dekat dengan Tara dan membuat planning untuk belajar untuk Ujian Nasional. Aku sering ke rumahnya untuk belajar bersama dan tanya-tanya PR.

Aku sudah tidak membahas tentang Atik. Karena dia sudah baik dan membuat kusadar bahwa aku memang bukan teman yang cocok dengan Atik. Apalagi Atik yang sekarang, yang bukan Atik seperti dulu.

Beberapa bulan ku lewati tanpa Atik. Tapi, aku sudah bukan sahabatnya lagi. Aku sudah tak ada dendam dan tak ada alasan aku dendam dengannya. Yang terpenting aku sudah ikhlas bahwa aku yakin pasti aku akan punya sahabat lagi yang akan selalu ada dan selalu bisa dipegang ucapannya.

***

Sebenarnya Atik dan Tara adalah sahabatku. Tapi, Tara dan Atik bukanlah sahabat. Ya, seperti itulah yang terjadi. Sekarang Atik tak lagi jadi sahabatku dan aku hanya punya Tara. Sedih saat sahabat pertamaku tak lagi menjadi sahabat. Aku tak menyesal jika sekarang dan seterusnya aku dan Atik sudah tak lagi berhubungan.

Atik sekarang lebih memperlihatkan bahwa dia dekat dengan Riri. Bisa kusimpulkan bahwa Atik lebih bahagia jika bersahabat dengan Riri daripada aku. Karena Riri itu bisa di bilang lebih daripada aku. Bersama Tara adalah hal yang lebih baik dari apapun.

Aku sudah tidak tahu lagi apa yang ingin kukatakan tapi, semua itu tergantung diriku sendiri karena aku yang menjalaninya. Walau takkan mudah itulah jalanku. Semakin sulit rintangan yang ada di depan semakin indah hadiah yang kudapat.

***

Libur lebaran telah usai, dan hari ini juga menjadi hari yang melelahkan karena Bimbel di sekolah sudah mau di mulai. Memang sih hanya diadakan seminggu tiga kali. Bisa dibilang hanya materi UN saja yang akan dilakukan Bimbel. Aku sudah tak lagi main-main sekarang waktunya serius bukan. Aku harus masuk SMP favorit maka dari itu butuh perjuangan.

“Tar berangkat lesnya nanti bareng ya!” ajakku.

“Siap.”

Aku dan Tara selalu berangkat les bareng walaupun aku harus mutar jalan menghampiri Tara tapi, itu bukan masalah yang terpenting aku bisa berangkat bareng Tara. Saat di tanjakan kan kami tidak menaiki sepeda dan kita asik ngobrol dan cerita-cerita. Itu sangat menyenangkan, dan aku lupa dengan semua kesedihanku. Karena dukaku telah hilang menjadi suka.

Saat lespun kita bisa memilih tempat duduk dimanapun kita suka. Tapi, tetap setiap meja hanya boleh di isi satu siswa saja. Bukan masalah juga, asal aku bisa duduk di depan atau dibelakangnya. Siang hari yang panas dan malas sekali untuk les. Kadang aku juga tidak memerhatikan guru yang sedang mengajar les, sampai mau tertidur juga pernah. Aku punya tekad bahwa aku pasti lulus dan bisa.

Aku punya masalah dengan satu mapel untuk UN yaitu IPA. Entah aku punya masalah apa sama dia, setiap latihan ujian nilaiku tak pernah baik. Selalu saja nilai dibawah lima puluh yang kudapat. Dan saat aku mendapat nilai seperti itu, wali kelasku selalu menasehatiku agar tetap semangat.

Aku dan Bully [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang