Di sekolah aku yang masih banyak luka belum kering berangkat sendiri bahkan tidak di antarpun. Aku sudah wajar juga tidak ada perlakuan manja untukku bahkan sedang sakit pun berangkat sendiri. Atik hari ini berangkat, dia diantar kakak laki-lakinya menggunakan motor bebek bewarna biru. Kaki dan tangan Atik penuh balutan perban. Semua anak di kelasku menungguinya, aku di kelas cuma mendapat sindiran dari Pras.
Laki-laki yang sukanya nyindir. Aku diam saja, bukan cuma Atik saja yang luka. Aku juga, bahkan lukaku masih nampak, dasar! Kesal aku. Tidak bisa diam apa?
Mendengar sindiran Pras dari pagi sampai pulang sekolah aku jadi pengen gaplok mulutnya yang lemes itu. Sabar! Cuma itu saja yang bisa kulakukan! Aku merasa diriku waras jadi biarkan Pras yang gila jengkel bukan main. Tidak tahu alasannya, sebabnya semua saja ditimpahkan kepadaku dasar.
Aku mau beritahu Pras itu jelek, item, dan pendek tapi dia punya kelebihan yaitu bisa ghibah untuk seukuran jenglot macam dia. Jangan anggap dia badboy sama sekali tidak yang jelas loser boy iya! Aku menjelekkan dia karena memang kenyataan dia jelek.
Aku merasa bersalah dengan apa yang kulakukan pada Atik pada saat pulang kerumah aku mengambil semua tabunganku dan besoknya akan kuberikan kepada Atik.
Keesokkan harinya saat di kelas aku dan Atik hanya berdua di depan lemari guru. “Tik maaf lo yang kemarin gara-gara aku, kamu jadi seperti ini.” Sambil mengulungkan uang tabunganku.
“Iya nggak papa.” Atik tidak menerima uang pemberianku. “Buat apa ini? Udah nggak usah, itu kan uangmu kan uang tabunganmu juga udah nggak papa!” tolaknya padaku.
“Tapi Tik. Ini buat ganti rugi. Kan aku juga nggak tahu biaya pengobatanmu. Jadi ini sebagai tanda maafku aja!”
“Udah nggak usah.”
Aku mengambil uangku yang Atik tolak itu dan memasukkan ke dalam saku. Dan baru kusadar saat aku dan Atik berbicara Pras ada dan dia melihat semua. Dia juga sempat memojokkanku. Bodoh goblok. Ini bukan urusanmu ngapain juga ikut campur.
Ingin nangis aku. Jadi saat itu aku langsung berlari ke kamar mandi dan yang paling ngeseli itu Pras juga ikut ngejar aku bersama temannya. Pras menggedor-gedor pintu kamar mandi yang baru saja aku tutup. Tangisku kutahan agar aku tidak menangis, dan karena sudah terlanjur masuk kamar mandi, aku juga sekalian pipis. Pintu masih saja digedor-gedor.
Aku nggak tahu apa maksudnya tapi saat Pras menggedor-gedor pintu dia bilang, jangan nangis lo?
Apa coba dasar banci. Gila. Sampai nggedor-gedor kamar mandi coba. Aku nggak tahu, tapi aku keluar dari kamar mandi mereka masih ada.
“Nangis po kamu di dalem?” Tanya Pras.
Matio kono, batinku. “Rak. Aku di dalem pipis ngapain sih ngikutin kurang kerjaan aja.” Sumpah rasanya aku pengen banget nyiram wajahnya itu. Kesel banget sumpah.
Aku langsung menyuruh mereka meninggalkanku sendiri. Tapi gobloknya mereka masih saja di depanku. Entah apa yang mereka inginkan. Aku langsung menuju keran, buat membasuh wajahku. Sudah tak bisa dibendung lagi, air mata sudah mau jatuh. Terus dan terus aku basuh sampai aku merasa baikan. Lalu aku masuk ke kelas.
***Kejadian itu tak merubah segalanya melainkan semakin menjauhkan aku untuk punya teman. Tapi, aku semakin mengerti bahwa sekarang seorang sahabat tak akan pernah meninggalkan sahabatnya. Dan aku semakin percaya, kalau memang tak ada yang benar-benar mau menerimaku jadi teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Bully [SELESAI]
Teen FictionSiapa sih yang suka dibully? Yang jelas semua orang tidak mau dibully. Tapi kita hidup di circle, bahwa bully itu wajar. Wajar kalo kelebihan dan kekurangan seseorang pantas untuk dirundung. Perundungan yang amat menaikkan derajat si perundung, sert...