38

13 3 0
                                    

Heran bukan kepalang. Aku selalu mempunyai firasat apabila akan terjadi sesuatu. Coba hari jumat ini tanggal 18 Januari 2019, sejak di jalan mau ke sekolah aku merasa ada hal yang tak mengenakan. Aku merasa gelisah, gundah dan takut. Entah apa itu aku tak tahu.

Rasa-rasanya sepada motor yang aku tumpangi ini tidak nyaman. Aku ingin bilang ke adekku, tapi.. mulut tak mau mengucap. Hanya aku batin saja.

Benar saja. Waktu di lampu lalulintas milir,, brakk…

Nabrak motor di depan. Jatuh semua.

Reflek. Jatuh dari motor aku langsung berdiri. Tahu bagaimana posisi jatuhnya. Adekku sama motor jatuh ke kanan aku jatuh kekiri. Orang yang ditabrak jatoh ke kiri bareng motornya.

Dari berdiri langsung balik badan, yang di tabrak itu anak sekolah. Cewek orangnya. Langsung ku ulurkan tanganku kepadanya. Bahkan adekku aja nggak ku tolongin.

Aku terkejut saat dia menerima tanganku, aku melihat wajahnya. Terperanga aku dibuatnya diapun sama. Ternyata dia yang ditabrak adekku teman seangkatan SMP. Ya ampun. Setelah kubantu dia berdiri aku langsung bantu motornya. “Sini aku bantu berdiriin motornya!” langsung kuangkat motornya agar berdiri. Kulihat dari wajahnya dia shock.

“Nggak apa-apa kan?” tanyaku sambil megangin motornya di behel motor.

“Nggak papa cuma kaget aja.” Agak lama dia jawabnya. Mungkin dia sangat kaget, dengan kejadian itu.

Dia ambil stang motor, kualihkan badanku yang posisi tadi dari kanan motornya ke kiri motornya. ”Tolong standarnya,” katanya.

“Ha?”

“Itu, tolong distandarin motornya?” katanya lagi menyakinkan.

Langsung aku standarkan motornya. “Nggak apa-apa kan?” kuulangi pertanyaanku yang tadi kepadanya.

“Haah, iya nggak apa-apa kog.”

Adekku telah mendirikan motornya. Ada anak STM yang memegangi botol minum warna hijau dari motornya. Dia seakan kebingungan mau kasih siapa. Habis jatuh, otakku juga agak konslet, jadi loading lama. Kaya punyaku batinku. Langsung aku ambil dari tangannya, “makasih.” Kataku.

Tiba-tiba polisi datang. Raut wajah adekku yang kaget semakin kaget lagi. “Mau kabur ya?” kata polisi itu sambil mengambil kunci motor. “Kebiasaan, kalau lihat polisi terus ngerem ndadak.” Lanjutnya lagi.

“Enggak Pak.” Adekku yang masih memegangi stang motor.

“Yaudah-udah. Cepat minggir dari sini! Itu motornya di tuntun saja.” terus kami semua disuruh minggir ke pos polisi.

Spontan, “Saya gimana Pak?” kataku. Pikirku itu yang pertama, bagaimana aku ke sekolah jika nanti motornya di tahan.

Pak Polisi yang tak ku ketahui namanya itu membantu untuk menyebrang ke pos polisi. Temanku yang di tabrak sudah di depan hampir sampai, adekku di belakangnya. Aku jalan sejajar dengan Pak Polisi itu. “Kamu nggak apa-apa kan?” tanyanya padaku, perhatian.

“Enggak Pak.” Diam sebentar, “tadi itu adekk saya sudah ngerem tapi remnya blong, jadi nabrak.” Aku nerocos terus. Pak polisi hanya manggut-manggut. Sampai aku lupa ngomong apa aja. Soalnya waktu itu deg-degan banget.

Sampai di pos polisi, kita dimarahi sama Pak Polisi sambil walky talky yang ada di bawah leher Pak Polisi berbunyi terus.

“Kebisaan. Kalau nggak ada polisi lanjut terus. Ini ada polisi terus berhenti sampai nabrak. Kalau ngelakuin ini lagi nanti saya tilang. Pasti ini pada belum punya SIM.” Sambil tangannya menunjuk-nunjuk kami semua.

Aku dan Bully [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang