31

11 3 0
                                    

Semakin sering Sony tidak mengirim pesan kepadaku, sejak malam itu kami jadi sering sering SMSan tapi seminggu sebelum lebaran sampai lebaranpun Sony hanya menguhubunguku seperlunya. Aku tak tahu dia kenapa atau aku membuat kesalahan padanya. Jika iya, kenapa dia tidak pernah bilang.

Mungkin dia mau fokus belajar juga, kan sebentar lagi dia akan UN dan akan mencari sekolah. Jika seperti itu aku tak apa, dan aku akan mencoba memahaminya, sampai tak membalas pesankupun tak apa. Kalau dia sedang mengejar masa depan.

Terakhir Sony mengirim pesan kepadaku saat lebaran, dia halal bil halal denganku walaupun lewat SMS dan dia bilang kalau sekarang dia sedang mudik di rumah neneknya. Akupun tak apa, sesibuk itukah. Aku juga begitu kalau sudah bertemu saudara jauh pasti semua pengganggu akan kusingkirkan sejenak.

Aku juga menyemangatinya untuk semangat UNnya, semoga bisa masuk di sekolah yang diinginkan. Yah walaupun dia juga membalas dengan iya saja. tapi Sony masih menyempatkan untuk membalas berarti walaupun sibuk dia tetap menganggapku ada. 

Mungkin bisa di bilang itu SMS terakhir yang kudapatkan darinya. Aku harus mengerti dia sibuk dan aku juga harus mempersiapan diri untuk menghadapi UKK yang sebentar lagi akan dilaksakan setelah lebaran.

Begitu yakin akan tiba saatnya Sony akan mengabariku lagi. Tak pernah aku begitu bersungguh-sungguh seperti ini. Sangat percaya kepadanya, dan tak pernah aku sepercaya ini dengan orang apalagi lawan jenis. Sepertinya aku memang sudah sangat-sangat yakin dengan ini.


***


Sekarang aku sudah kelas 9 dan Sony sudah lulus. Selama ini dia tidak pernah mengabariku lagi. Aku masih positif thinking, mungkin dia lagi sibuk dengan tahun ajaran baru. Atau mungkin dia sedang, entahlah.

Kepikiran bahwa Sony pacaran dengan yang lain juga tidak. Pokoknya yang positif-positif aja. Mindsetku dia itu kan terkenal baiknya. Banyak orang yang kagum dengannya, tanpa kecuali aku juga.

Di kelas yang baru, aku tak lagi sebangku dengan Ampis. Semua dirolling. Ganti teman semeja, agak berat tapi mau gimana lagi. Aku menutupi kegoblokanku dengan ikut les di primagama. Menurutku teman sebangkuku emang asik orangnya. Tapi, tidak membuatku jadi semangat belajar. Tidak kaya sebangku dengan Ampis.

Walaupun begitu aku tetap menyesuaikan, aku dan Ampis juga masih berteman baik. Tapi jadi agak canggung dengan semua ini. Mungkin karena sudah tidak sebangku lagi. Tetap saja kita masih seperti biasa.

Setiap aku mau dan ingin bergabung dengan Ampis, aku serasa masuk ke dalam geng. Teman sebangkuku dan dua teman di depanku. Mereka geng, jadi, otomatis aku langsung masuk ke dalam geng mereka. Aku tak apa, mereka selalu membicarakan geng satunya yang ada di kelas. Rasanya aku juga ikut hanyut dalam pembicaraan mereka.

Seperti bukan aku saja, paling tidak aku baik dan tidak membuat masalah. Hanya banyak mereka yang menurutku tidak perlu di bahas dan jadi sia-sia. Dari seringnya main-main, iya sih aku tak masalah main-main. Aku memang punya minus di mataku dan posisi dudukku juga tidak baik. Bahkan malah memperburuk penglihatanku. Aku dengan teman sebangkuku ini malah duduk di paling belakang sendiri dan lagi pojokan juga. Walaupun enak sih, bisa senderan sama tembok. Duduk di paling belakang itu nggak enaknya adalah rasanya pengen tidur soalnya dingin dan enak gitu hawanya buat tidur apalagi suara guru yang lagi nerangin pasti jadi kaya dongeng.

Bahkan bisa dibilang kenal dengan mereka itu merubah sedikit sifatku dan perilakuku. Kalau dibilang mereka adalah contoh yang buruk. Seperti ini aku mempunyai sifat yang baik  tapi lingkunganku buruk, sudah pasti aku juga akan ikut buruk. Tapi berbeda jika aku baik dan berada di lingkungan yang baik aku juga akan ikut baik atau aku buruk dan berada di lingkungan yang baik, aku otomatis akan ikut menjadi baik.

Aku dan Bully [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang