Menurutku aku waktu itu sudah cukup pintar, kenapa? Soalnya pelajaran kelas III sudah banyak yang aku kuasai. Dan waktu guru membagikan buku paket beberapa minggu yang lalu. Karena aku tidak mau kejadian tidak naik kelas terulang lagi, setelah kelas selesai dan murid di kelasku sudah pulang semua. Aku langsung menemui wali kelasku agar diperbolehkan punya buku paket sendiri.
Walaupun ragu, aku tetap menghampiri wali kelasku yang sedang duduk di mejanya. Kuberanikan diri ini untuk mengatakan maksud dan tujuan ku, “Pak, mau minta buku paket?”
Beliau cukup terkejut, terlihat dari wajahnya. Dan aku juga sudah mulai pucat, takut nanti bakal kena marah. “Lho kan, satu meja satu bukunya. Kok minta buku lagi?” Pak Guru tanya kepadaku.
“Soalnya, nggak ada teman yang dekat dengan rumahku Pak,” jawabku.
Sebenarnya aku sudah diwanti-wanti sama Bapak, kalau nanti waktu pembagian buku paket, aku harus punya sendiri dan tidak boleh semeja berdua. Begitu katanya.
“Beneran nggak ada yang deket rumahnya sama kamu, Nduk?” tanyanya lagi memastikan.
“Ada, tapi kakak kelas, kelas lima. Boleh ya Pak?” aku mencoba terus memohon agar di ijinkan mendapat pinjaman buku paket itu sendiri.
“Oh begitu. Ya sudah ini! Dibuat belajar lho ya jangan dibuat bantal tidur!” Pak Guru langsung memberiku buku yang satu meja untuk berdua kepadaku dan setelah itu aku mengucapkan banyak terima kasih. Saat buku paket itu sudah berada di tanganku, pertama aku sungguh tak bisa mempercayainya. Tapi aku sangat senang dan langsung berpamitan pulang.
Memang buku di lemari itu masih banyak, kalau ada yang minta juga nggak apa-apa juga, toh buat apa di simpan kalau nggak dibuka dan digunakan. Percuma juga. Atau mungkin ini hanya kecurigaanku saja, soalnya banyak buku paket yang sudah rusak. Makanya Pak guru hanya memberi satu buku untuk dua anak. Ya hanya untuk meminimalisir lebi banyaknya lagi buku paket yang rusak, entah itu sobek, kotor, rusak karena hujan ata karena lem buku yang kurang kokoh.
Mungkin kalian bertanya - tanya kenapa aku bisa tahu ada banyak buku paket yang tetap di simpan dan tidak di keluarkan? Aku pernah iseng membuka lemari keramat itu. Ternyata isinya banyak berbagai berkas dan buku paket. Nggak cuma itu di dalam lemari juga ada kapur yang biasa digunakan untuk menulis di papan tulis.
Kalian pikir cuma ada itu saja di lemari! Aku harus jujur, bahwa ada banyak benda yang jarang di keluarkan untuk belajar mengajar di kelas. Misalnya saja kapur warna-warni yang selalu panjang dan jarang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kapur warna-warni, itu mainan kami. Ada kesempatan kita ambil kapurnya. Bukan yang panjang tapi yang pendek, kecil-kecil. Yang jelas jangan dicontoh, nggak baik hee.
Dulu koridor depan kelasku belum dikeramik. Dan masih menggunakan cor block yang halus. Akan kuberi tahu mainan anak tahun 2000-an saat istirahat. Hanya bermodal kapur dan lantai koridor kita berkreasi, kami gunakan lantai depan kelas untuk menggambar. Bukan hanya untuk menggambar, bahkan bermain tebak - tebakan dan banyak lagi. Sangat remeh tapi itu sangat menyenangkan. Sampai - sampai aku menolak untuk dewasa, karena kenangan itu sangat membekas.
Salah satu permainan yang sering aku mainkan saat dulu dan cukup mengasah otak, sayangnya aku lupa apa namanya. Begini yang kami gunakan kapur sebagai medianya. Cara mainnya seperti ini, aku memikirkan sesuatu entah binatang, tumbuhan, benda, makanan atau yang lainnya. Lalu aku membuat strip-strip dengan kapur dan lawanku harus menyebutkan huruf satu persatu, untuk menyelesaikan strip-strip itu. Macam TTS tapi yang memberikan soal tetap akan mendapat skor. Setiap huruf yang salah akan menjadi poin pemberi soal. Penjawab juga akan mendapat skor jika benar jawabannya atau jika tidak bisa menebak semua huruf, maka hanya yang huruf yang terjawab olehnya yang menjadi poinnya. Kalian paham tidak maksudku? Maaf aku cukup sulit menjelaskan yang seperti ini, pokoknya sejenis tebak - tebakan itu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Bully [SELESAI]
Teen FictionSiapa sih yang suka dibully? Yang jelas semua orang tidak mau dibully. Tapi kita hidup di circle, bahwa bully itu wajar. Wajar kalo kelebihan dan kekurangan seseorang pantas untuk dirundung. Perundungan yang amat menaikkan derajat si perundung, sert...