SEPULUH

46 8 5
                                    

Kejadian ramai beberapa hari yang lalu membuat perang dingin antara kelasku dan adik kelas. Dalam beberapa hari itu Reza tidak berangkat ke sekolah. Keuntungannya suasana kelas menjadi lebih tenang sedikit dan aku tidak lagi dipusingkan dengan kelakuannya yang selalu menggangguku. Lebih baik seperti ini saja pikirku, harapku supaya aku lebih damai dan tenang. Walaupun cuma harapan sepihak saja sih.

Kabar burung terus bermunculan tentang bagaimana penyebab dan alasan kenapa Reza bisa berkelahi dengan adik kelas. Sebenarnya aku tidak terlalu ingat pasti soal kejadian itu tapi seingatku karena saling lempar umpatan sehingga salah satu pihak tidak terima sampai menyebabkan pertikaian. Tidak ada yang tahu siapa yang memulainya terlebih dahulu dan siapa yang terpancing dahulu, karena keduanya juga salah dan tidak ada yang membenarkan kejdian tersebut. Tapi kemungkinan besar yang akan disalahkan yaitu yang lebih tua, entah itu memang yang salah atau karena track recor pembuat onar saja. Aku juga tidak tahu, hanya saja itu menurut opiniku saja.

Kurang lebih seperti itu. Setelah beberapa hari tidak berangkat dan baru hari ini si Reza menampakkan diri setelah alpha dari kelas. Dia terlihat menjadi orang yang pendiam tidak banyak bicara dan tidak banyak polah. Mungkin dia mikir. Eh bisa mikir juga toh orangnya. Tapi kasihan juga melihatnya menjadi seperti itu.

Ibu Kepala Sekolah masuk ke kelasku. Ya menurut kalian sedang apa beliau masuk ke kelasku kalau tidak ada urusan penting. Entah waktu itu pelajaran apa? Seingatku kosong nggak ada guru masuk jadi Kepala Sekolah yang masuk ke kelasku.

Pertama-tama hanya basa basi saja. Melihat murid - murid di kelasku. Tiba-tiba melihat ke arah Reza. “Sudah berangkat Za?” tanyanya.

“Iya Bu,” jawabnya lesu. Bahkan sikap yang suka bicara blak - blak kan yang biasanya mulai terkendali. 

“Gimana mau diulangi nggak perbuatannya kemarin?” sarkasnya. Apa begini cara guru menyindir muridnya. Tidak seharusnya seorang kepala sekolah yang paling dihormati di sekolah berbicara seperti itu.

“Enggak Bu.”

“Terus gimana di rumah dimarahi?” tanyanya lagi. Aku yakin kepala sekolah itu sebenarnya sudah tahu kalau Reza di rumahnya sudah pasti kena marah. tapi kenapa pertanyaan yang sepertinya jawabannya sudah diketahui ditanyakan lagi.

“Iya. Sama di suruh mikir sama Ibu.”

“Ya sudah. Jangan diulangi lagi, kamu itu sudah banyak bikin masalah di sekolah jadi bener kata Ibumu kamu disuruh mikir atas kelakuanmu itu.”

“Iya, Bu.”

“Sudah minta maaf belum sama adek kelas?”

“Belum Bu, nanti.”

“Ya sudah,” menghela nafas. “Jadi ini peringatan buat kalian semua, jangan melakukan hal seperti ini. Mungkin cuma hal sepele tapi kalau ada kejadian yang tidak di inginkan siapa yang mau tanggung jawab. Sekolah juga pasti kena imbasnya. Untuk itu jika ada masalah seperti ini akan ditangani oleh pihak berwajib, dan sekolah tidak mau bertanggung jawab atas semua tindakan kalian. Mengerti!” ancamnya.

“Mengerti Bu,” jawab serentak.

“Bagus. Ya sudah Ibu tinggal dulu dan lanjutkan pelajaran berikutnya.” Kepala Sekolah itu meninggalkan kelas dan tepat saat meninggalkan kelas bel dibunyikan.

Aku dan Bully [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang