"Masih aja sendiri."
"Ya gimana Mbak Mo? Orang udah biasanya gini."
"Kalau ada masalah cerita aja! Siapa tahu bisa bantu, eh tak bantu pokoknya!" penuh semangat.
"Enggaklah."
"Masalah si Reza yang ngejar-ngejar kamu terus ya."
"Ehh.!!" Tiba-tiba sampai terkejut. "Enggak -gak, bukan itu kog."
"Terus apa?" melihatku dengan serius, "soal temen-temenmu itu apa? Aku sering lihat kog. Nggak usah disembunyiin. Aku juga nggak suka kog sama temenmu itu apalagi si Juna. Apa deh itu sok banget. Temen-temenmu itu emang pada nyebelin semua ya?"
"Ahahaha.. sampe gitu ya Mbak."
"Bener tuh kata Momo, aku juga kesel kog sama dia. Wajahnya itu lo plirak-plirik (melirik-lirik. - dalam artian sinis)."
"Tenang aja kami bakal bantu kog. Pokoknya kamu tuh nggak bakal kenapa-napa santai aja."
"Nggak usah! Nggak apa-apa kog. Biar aja, nanti juga ada balasannya sendiri."
"Huhh, kamu tuh jangan terlalu baik sama mereka, entar pada ngelunjak gitu. Nanti juga kalau kita udah pada lulus kamu mau cerita sama siapa?" nasehatnya Mbak Momo.
"Kan aku sudah biasa. Nggak bakal kenapa-napa juga. Ya udah mau ke warung dulu jajan!"
"Loh belum jajan toh dari tadi? Nanti balik kesini lagi nggak?" tanya temen Mbak Momo.
"Nggak tahu Mbak. Kalau udah mau masuk aku langsung ke kelas aja. Kayaknya enggak deh, mau ke kelas aja." Aku berjalan meninggalkan mereka.
Percaya aku nggak pernah cerita tentang masalahku. Mereka tahu sendiri, mereka selalu melihat apa yang terjadi di kelasku jadi jangan tanya lagi. Kayaknya aku nggak perlu menutup-nutupi toh sudah banyak yang tahu, cuma aku aja yang bodoh selalu melindungi mereka. Dan karena kebodohanku ini membuat aku semakin dijauhi oleh mereka.
Menurutku aku nggak perlu bantuan orang lain untuk menangani masalahku ini. Aku nggak mau melibatkan orang-orang di sekelilingku yang tidak tahu masalahnya jadi terkena imbas dariku. Apa aku salah melindungi mereka padahal jelas-jelas yang seharusnya dapat perindungan itu aku. Hahahaha, apa aku se-aneh itu ya? Kalau benar aku lebih suka kalau aku dipanggil aneh dan punya teman daripada aku terus berdiam diri dalam ke-egoisanku sendiri. Aku juga nggak bisa meremehkannya juga, hanya orang bodoh yang dengan lantang bisa mengungkapkan apa yang dirasakan saat itu. Aku mencoba menjadi bodoh tapi aku ditahan oleh egoku ini yang seakan mengatakan jangan melakukan hal yang lebih dari ini. Kau pasti bisa menanganinya, tapi jangan kau luapkan emosimu ke mereka. Biarkan saja. Ahhh.. lebih susah bukan?
Kalau dipikir-pikir aku lebih memilih jalan yang memutar ketimbang jalan yang lurus. Padahal jika aku memilih jalan yang sudah ada di depan mata semua akan segera selesai tapi aku selalu membuat semua menjadi rumit. Kanapa aku begini ya ahaha..
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Bully [SELESAI]
Teen FictionSiapa sih yang suka dibully? Yang jelas semua orang tidak mau dibully. Tapi kita hidup di circle, bahwa bully itu wajar. Wajar kalo kelebihan dan kekurangan seseorang pantas untuk dirundung. Perundungan yang amat menaikkan derajat si perundung, sert...