17

20 7 4
                                    

Masalah dengan Mbak Momo sudah selesai. Aku sekarang bisa menikmati hariku seperti biasa lagi. Entah kenapa aku merasa tak suka dengan keadaan ini. Dimana aku yang sekarang seolah-olah hanya melakukan yang seharusnya tidak kulakukan seperti aku melakukan skenario yang sama sekali tidak ku inginkan. Maksudku soal teman sekelasku. Memangnya ada apa? Tak ada. Hanya aneh saja bukan, yang kemarin-kemarin memperlakukan seperti halnya aku memang seharusnya tidak ada tapi, aku dianggap dan mendapat perlakuan sama.

Pikiranku kacau, ini seperti bukan aku. Semua berbeda, tidak seperti yang kulakukan sebelumnya. Aku suka kesendirianku yang tanpa perlu ada yang harus ditutup-tutupi. Kenapa dengan ini aku tidak merasa nyaman sama sekali. Punya teman memang itu yang kumau tapi, pertemanan ini tidak ada ketulusannya sama sekali. Aku tahu, tapi bagaimana caranya aku tahu? Apa yang terjadi sebelumnya pada mereka?

Waktu itu memang aku tidak peduli. Tapi entah kenapa sekarang ini, terus aku pikirkan. Aku juga tahu, hanya beberapa yang tulus berteman denganku seperti orang-orang yang kuceritakan dulu. Tapi yang lain bagaimana? Untuk orang sepertiku yang terlihat cuek saja tapi, banyak hal yang ingin aku ketahui soal ini.

Beberapa hari ini aku tak ikut main bareng teman sekelasku waktu istirahat. Yah sebenarnya aku memang tidak di ajak tapi kalau aku ikut boleh-boleh saja. Dengan kondisi seperti ini dan aku banyak memikirkannya tentang pertemananku. Aku memutuskan untuk menyendiri dulu. Aku tak bosan dengan adanya mereka yang ada di sekitarku tapi, aku juga butuh waktu untuk memikirkan soal ini. Apakah pertemanan seperti ini yang kucari? Atau hanya aku yang terlalu berambisi memiliki teman cewek.

Ahhh pusing.. sambil ku menggaruk-nggaruk rambutku. Sehingga terlihat sedikit berantakan.
Aku benci suasana seperti ini. Aku benci memikirkan soal ini. Aku takut yang selama ini yang kulakukan memang bukan yang terbaik untukku. Mungkin selama ini bukan perteman yang seperti ini yang kucari. Tapi seperti apa? Aku tak tahu. Teman saja baru akhir-akhir ini.

Rombongan kelas VI datang menghampiriku yang sedang duduk di pinggiran taman depan kelas, tidak banyak sih sekitar 5 – 6 anak. “Kog menyendiri e kamu An?” tanya salah satu teman Mbak Momo di sana.

“Lagi dimusuhi apa sama teman-temanmu!?” Tambah Mbak Momo.

“Enggak kog. Cuma ingin sendiri aja.” Jawabku,
Setelah itu mereka langsung pergi meninggalkanku. Entahlah, aku tak peduli juga dengan kakak kelas yang selalu seliweran di depanku. Toh juga tidak mengganggu. Selagi aku bisa menyendiri seperti ini dengan tenang bukan masalah.

Kenapa setelah rombongan teman-teman Mbak Momo pergi, aku kepikiran dengan perkataan Mbak Momo soal ‘dimusuhi’ apa jangan-jangan.. enggak mungkin dong kalau Mbak Momo tahu soal masalahku. Kan aku nggak pernah bilang sama dia. Apalagi curhat dengan orang lain soal masalahku ini.

Tapi kenapa bisa bilang seperti itu. Apa mungkin ada sangkut pautnya dengan teman sekelasku yang mau menganggapku teman akhir-akhir ini. Kenapa aku berada di situasi seperti ini lagi. Hidupku kurang rumit apa coba? Sampai-sampai masalah terus saja menghampiriku tiada henti-hentinya.


 
***

Beberapa hari setelah kejadian aku dihampiri kakak kelas. Banyak hal yang terjadi diantaranya aku semakin terus dan terus akrab dengan teman sekelasku. Entah apa yang membuatnya. Tapi tetap saja aku butuh waktu untuk ini. Aku merasa belum siap untuk semua ini. Entahlah mungkin hanya perasaanku atau memang mungkin semua ini ada sangkut pautnya dengan kakak kelas yang menghampiriku. Kalau ‘iya’ lalu kenapa? Kenapa mereka melakukannya? Jangan membuat aku bingung dengan situasi semacam ini.

Aku senang, rasanya ingin menangis saja. Bahkan aku belum melakukan apapun tapi, semua kudapatkan. Bukan, bukan seperti ini yang kumau dan yang kumaksud. Ini semua membuatku terus dan terus-terusan terngiang di kepalaku. Mau meledak rasanya. Walaupun aku yang seperti ini, aku punya yang namanya perasaan dan aku juga nggak mau menerima belas kasihan. Aku takut ini semua hanya ilusi dan dalam sekejap menghilang begitu saja.

Berapa kali aku hanyut dalam situasi ini. Menikmatinya bahkan aku sangat senang, bahagia. Belum pernah aku merasakan ini sejak terakhir kalinya yaitu waktu aku belum sekolah. Perasaan macam apa ini? Tak bisa dijelaskan dengan sebuah kata, bahkan tak bisa dijelaskan sama sekali.

Jika aku hanyut dan terus menikmatinya aku tak tahu bagaimana dengan diriku yang dulu. Apakah menghilang? Aku tanya! Tidak tidak tidak.. diriku yang dulu masih ada dan terus ada. Kenapa denganku, aku tak boleh seperti ini. Aku harus sadar aku dimana? Ini bukan tempatku bukan sesuatu yang kucari selama ini. Aku salah menilai mereka.

Di sini tempatku sedang duduk sendiri, merenung dan melamun. Sama sekali aku tak ingin ada yang menggaguku. Benar-benar aku ingin menikmati kesendirian ini ditemani semilir angin dan daun-daun yang jatuh terkena angin. Benar-benar nikmat, seperti ada sesuatu yang masuk dalam tubuhku. Tenang sangat tenang inilah yang kucari, tanpa bising suara cuitan mereka yang menusuk.

Yang terdengar hanya suara nafasku yang bersautan dengan hembusan angin. Untuk orang introvet sepertiku ini adalah kenikmatan. Dan saat itu aku merasa aku pernah mengalami hal semacam ini, ya benar aku merasa kalau aku sedang déjà vu entahlah tapi aku sering mengalaminya saat aku sedang sendiri seperti ini. Bagaimana rasanya? Rasanya pengen nangis, bener-bener pengen nangis. Jantungku rasanya sesak dan sakit tapi, apa ini? Aku tidak pernah punya riwayat penyakit jantung. Sakit ini datangnya dari mana coba?

Tapi hembusan angin datang dan membuat rambutku yang ku kucir kuda berantakan dan menyibak ke mukaku aku merasa tenang tapi, setelah itu rasa sakit muncul. Memang aku ini orang yang aneh dan banyak banget yang namanya kurang dalam diriku ini. Dan saat kusadar bahwa rasa sakit itu timbul saat ku ingat apa yang telah teman sekelasku lakukan padaku. Bagaimanapun itu tetap melekat, mungkin bisa hilang tapi butuh waktu.


***

Aku dan Bully [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang