41

47 3 0
                                    

“Siap ya. Videoinnya di sana ya ukhti!” katanya padaku saat aku sedang mencari posisi yang tepat untuk merekam. Duh ya pake pakaian gini langsung dibilang ukhti.

“Oke siap.”

Aku duduk di pot bundar yang terbuat dari semen dan aku menghadap ke arah utara dan mereka menghadap ke arah selatan. Sambil dihidupkan juga speakernya.

Tak lama kemudian adzan dzuhur berkumandang. Dan latihannya terhenti sejenak toh udah pada capek juga. Dan yang menurutku paling capek itu aku, ya megang HP biar nggak gerak terus semua bisa kerekam itu gak sulit cuma pegel aja gitu tangan. Terus posisi aku duduk tepat matahari ada di atas kepalaku. Mereka yang aku video mah nggak kepanasan soalnya diatasnya juga ada atapnya.

Habis itu break solat dan yang nggak solat pada ke gazebo buat santai gitu. Aku solat loh ya. Buat pencitraan aja, canda. Setelah kita solat dan kembali ke gazebo ternyata si Runi udah nggak ada aja. Iya nggak ada karena beli makanan buat yang ada di sini. Yah jangan pada salah paham ya.

Cukup lama kami menunggu dan Runi datang membawa beberapa cemilan yang ternyata sudah pada dibuka bungkusnya. Kami semua langsung melahap makanan tersebut sambil pada mainan HP. Yah tak cukup lama satu persatu dari kita mulai berpamitan untuk pulang. Karena ada yang punya janji dan yang lain-lainnya.

Saat itu juga aku juga berpamitan pulang. Yah mau ngapain lagi di sana kan latihan juga sudah selesai. Setelah aku ngeshare video latihan senam tadi ke Risa. Aku bersalaman dengan mereka dan meninggalkan mereka. Udah datang paling terlambat dan pulangnya juga paling cepet dasar aku.

***

Sudah dua hari ini USBN dilaksanakan. Pagi-pagi sudah ramai yang duduk di depan kelas menunggu ulangan dilaksanakan beberapa menit lagi. Dan sampai tibalah lonceng dibunyikan serta guru pengawas membukakan pintu kelas.

Matematika jadwal yang tertulis untuk ulangan pagi ini. Sama sekali tak siap aku, aku bahkan tidak belajar. Tahulah rasa malas ini selalu menempel pada diriku ini. Ampun dah!

Guru pengawas membagikan lembar jawab dan kemudian soal. Pengawas memberi tahu untuk soal essay ditulis di bagian yang bergaris dan jika tidak cukup ditulis di balik kertas yang bergaris.

“Haduh. Bu! Aku sudah terlanjur nulis jawabannya dibagian yang nggak ada garisnya.” Kata Raman.

“Lha kog bisa. Emangnya kemarin nggak dikasih tahu apa?” tanya pengawas.

“Enggak Bu.”

“Ya sudah itu sudah nasib Mas Raman. Ikhlaskan aja!”

“Haduh, nilainya banyak yang hilang ini.” Dengan nada sedih.

Sebenarnya aku juga nulis jawaban sama dengan Raman dibagian yang tidak ada garisnya. Tapi apa ada pastinya jawabannya sudah dikirim untuk dikoreksi. Huh sedihnya, padahal kemarin itu dua mapel jawabannya aku taruh dibagian yang nggak ada garisnya. Sampai-sampai ngerjain soal matematika aja nggak bisa fokus gini. Nasib nilaiku  gimana ini.

Waktu terus berjalan soal matematika belum kunjung selesai kukerjakan. Lama-lama aku semakin bingung untuk mengerjakan ini, aku bahkan nggak tahu harus pakai cara apa lagi. Nggak ketemu juga jawabannya. Mendadak keluar keringat dingin sebesar biji jagung mengucur di wajahku dan tanganku juga ikut basah dengan keringat. Dingin AC di kelas sudah tak kurasai dingin.

Ternyata waktu sudah habis, aku baru mengerjakan dua nomor untuk essaynya. Pengawas sudah mengambil kertas jawaban di meja. Dan tak terasa hanya tinggal aku saja yang tersisa di kelas. Mau mengerjakan aku sulit sekali berfikir apalagi pengawasnya malah disampingku menungguiku.

Aku dan Bully [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang