26

353 17 0
                                    

Setiap kali aku ingin pulang, kupadang dulu wajahmu dari pintu kaca yang terpasang di dinding masjid itu. Kupandang, wajah yang berhasil membuatku kembali bertarung dengan rasa yakin dan rasa keragu-raguan itu.

Perasaanku membuncah, ingin segera menyampaikan bait demi bait kata yang rak pernah bisa ku ungkapkan. Terkadang gejolaknya tenang, dengan tersenyum ia kembali mereda. Tapi kadang, gejolaknya sungguh membara, hanya dengan tangis ia mencoba meronta.

Kupandang lagi, wajahmu yang menyamping dengan tangan yang ditengadahkan ke langit-langit masjid. Segerombolan tanya bermunculan dikepalaku. Siapakah gadis paling beruntung yang menghiasi walau hanya sebaris do'amu?

Gadis beruntung mana yang berhasil membuatmu menyerah dihadapan-Nya dan memintanya dengan bersungguh-sungguh. Atau apakah tiada nama siapapun dalam do'a itu sehingga aku masih punya peluang meski hanya sekelumit?

Disaat aku sedang bertengkar dengan hati dan pikiranku, perlahan bola matamu menemukan keberadaanku. Aku bersembunyi dibalik rasa bahagiaku. Aku tersenyum, aku berlari pulang kerumah. Padahal hanya kamu hadiahi tatapan bukan perasaan.

Hal sesederhana itu, bahagiaku seuforia ini. Padahal belum tentu tatapan itu didesain khusus untukku, mungkin bisa saja karena ketidaksengajaan semesta memberiku sedikit alasan untuk bisa tersenyum lebih lebar dari biasa.

Pun, sekarang aku sedang bergelut dengan raguku. Ragu, bahwa cinta dalam diam ini akan berhasil. Apakah perasaanku kan menemukan muara akhir, atau justru ia akan dibunuh paksa agar berakhir.

Antara yakin dan raguku,

___________________________________

Yakinkan saja dulu ragu ini,
Azlea

Azlan & AzleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang