Maaf, sudah beberapa hari terus mengusik. Sebab hatiku pun kini sama, aku tidak tau harus apa dan bagaimana. Tidak jelas haluan hatiku ini arahnya kemana. Aku bahagia setidaknya, dalam beberapa hari belakangan aku melihat kamu sudah mulai tersenyum.
Entah karena aku, atau karena kamu memang mampu, sungguh aku bahagia untuk sebuah senyum simpul itu.
Azlea :
"Ini ada titipan makanan dari ayah.."*katamu sambil menyerahkan bekal makanan
Azlan :
"Sampaikan pada ayah, terima kasih.. "Azlea :
*Berbalik badan hendak pergiAzlan :
"Oh iya kata ayah, maksud saya ayahnya kamu, kamu sudah terima perjodohan dengan seseorang yang kamu nggak kenal?"Azlea :
"Apakah penting untuk kakak tau?"Azlan :
"Kalau menurut kamu saya tidak penting mengetahuinya tidak usah beri tahu, tapi karena saya menganggap kamu penting, jadi saya ingin tau.. "Azlea :
(Semestinya jangan pernah mencipta suatu kedekatan diantara kita, yang kembali mulai menghidupkan debaran di dada. Kupikir, aku dan rasaku telah sepenuhnya lupa padamu, hampir sebulan kamu kembali tawarkan aku senyum, tapi sayangnya kamu tidak juga memberi kepastian akan senyum itu, bahkan sesaat sebelum tumbuh subur, kini aku harus mengikhlaskannya karena aku merasa menunggumu untuk memintaku adalah suatu ketidakmungkinan. Aku memilih orang lain hanya karena aku tak punya cara untuk memilihmu) *bisik didalam hatiAzlan :
"Azlea? Kenapa diam? Apa kamu tidak bahagia menerimanya? Kalau begitu jangan terima! "Azlea :
"Kalau tidak kuterima siapa lagi yang bisa saya pilih, kakak? Lebih tidak mungkin kan?"Azlan :
"Maksudnya?"Azlea :
"Kakak pernah melamar saya, saat saya telah dilamar oranglain, kini apakah kakak meminta saya memilih kakak? Saat saya telah memilih oranglain?"Azlan :
"Saya hanya jatuh cinta sekali dalam seumur hidup saya dan saya terlambat. Saya tau saya mencintai kamu, tapi yang saya tidak tau apakah kamu juga kembali mencintai saya. Penolakan satu kali saja sudah cukup membuat saya kehilangan arti, jika dua kali? Apa yang akan terjadi?"Azlea :
"Andai kakak katakan sejak dulu, andai kakak tidak memilih diam seperti batu, mungkin hari ini kita sudah lama bersatu"*Azlea pergi meninggalkan.
Airmata yang jatuh sebelum kamu meninggalkanku, apakah itu pertanda bahwa sejak dahulu kamu memang telah mencintai aku?
Tapi mengapa kamu tidak sabar menungguku?
Ataukah salahku yang terlalu lama menujumu?
Azlea, benarkah kamu menerima perjodohan itu?
Mungkin, malam itu adalah wujud nyata baiknya Tuhan padaku, DIA tunjukkan aku suatu jalan yang menjadi jawaban bagi semua bimbangku.
Akupun akan menerima tawaran perjodohan malam itu.
Kita berhak memilih jalan hidup kita masing-masing.
______________________________________
Menuju hari dan hati yang baru,
Azlan dan Azlea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azlan & Azlea
PoetryHanya sajak tentang caraku mencintai tanpa menodai kefitrahan cinta itu sendiri. Tidak seperti defenisi cinta yang ditafsirkan banyak orang. Tapi cinta bagiku hanyalah ruang-ruang penerimaan dan pengikhlasan.