Aku mencarimu dimana-mana tapi tak kutemukan.
Dalam setiap pandang yang kulempar pun kamu tak lagi sedia disana.
Kemana perginya kamu yang selama ini selalu ada dalam ingatan?
Bersemayam, meski diminta untuk meninggalkan tapi tetap memilih untuk tinggal.
Sekarang kamu dimana? Adakah setelah harapan ini berbunga kamu justru ingin menggugurkan daunnya?
Aku tak sekuat dedaunan itu, yang rela kamu lepaskan kemudian rela pula menguning lalu tiada untukmu.
Tidak, aku tidak seperti dedaunan. Aku ingin selamanya bersamamu kalaupun tidak didunia, semoga di alam keabadian.
Maka seharusnya sebelum hadir sebuah rasa, jika tak benar-benar ingin tumbuh jangan pernah taburkan benih dihatiku ini.
Jika memang ingin kamu tumbangkan, jangan biarkan ia membesar lagi menguat didalam sanubari ini.
Setelah semuanya terlanjur berbunga, malah kamu hilang, malah kamu tak pernah sirami lagi, malah kamu tak pernah mengunjungi lagi.
Kenapa?
Selemah itukah perjuanganmu untuk kisah kita yang rumit?
Hanya begitu sajakah mampu mu untuk berjuang melawan batas ini?
Aku mencari kamu kemana-mana, bahkan pada dunia maya yang tak nyata.
Tapi tak kutemukan lagi jejakmu yang mampu mendebarkan jantung ini.
Kini, aku hanya bisa menemukanmu pada doaku.
Pada langit-langit malam aku menggantung namamu dan menghiasnya disana.
Adakah disebelah namamu kan tertuliskan namaku?
Aku tidak tau, karena tau ku hanya terus berdoa untukmu, untuk kita.
Ini usahaku memperjuangkanmu.
Aku tidak tau lagi harus dalam bentuk apa aku ingin mengisyaratkan bahwa aku telah jatuh hati padamu, bahkan sejak pertemuan kita untuk pertama kalinya.
Hanya dengan doa aku bisa menemukan dirimu, kamu yang sama seperti saat kita masih awal bertemu.
Meski tidak pernah bertegur sapa, tidak pernah berbicara sepatah kata pun.
Aku tau, aku yakin
Dari tatapanmu, dari caramu memandangku ada sesuatu yang sama-sama tidak bisa kita utarakan.Bedanya, dulu kamu sering hadiahiku tatapan isyarat itu. Tapi kini, aku tak pernah lagi melihatnya sebab kamu sudah jarang sekali berada ditempat kita saling melempar tatap itu.
Semoga tiada kamu disini, ditempat ini, adalah karena kamu berjuang secara finansial untuk kita.
Biarlah, aku tetap disini, menunggu kamu dengan mendoakan segala kemudahan bagi setiap urusanmu.
Jangan biarkan aku patah dan kalah, sebelum kita sempat menjadi bagian utuh yang berhasil memperjuangkan cinta dalam diam yang kita rekah.
Salamku rinduku untukmu,
Ini aku bukan dalam ketidaktahuan,
Tapi ini aku, Azlea.___________________________________
Spesial Part,
Tentang Pengakuanku :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azlan & Azlea
PoetryHanya sajak tentang caraku mencintai tanpa menodai kefitrahan cinta itu sendiri. Tidak seperti defenisi cinta yang ditafsirkan banyak orang. Tapi cinta bagiku hanyalah ruang-ruang penerimaan dan pengikhlasan.