Disaat hati ini tumbuh menguat bersama rasa percaya bahwa kamu adalah yang terbaik yang pernah kutemukan, justeru disaat yang bersamaan pula aku lupa. Bahwa orang yang paling mahir melambungkan harapan adalah juga yang paling mahir menjatuhkannya.
Terkadang, aku merasa cinta ini murni, tulus, datangnya dari sanubari. Tapi terkadang, aku melemah. Aku merasa cinta ini hanyalah hasrat yang nantinya akan membuat kita terjerat.
Azlan, andai aku punya keberanian. Sedikit saja. Ingin ku utarakan saja semua yang ada dalam benakku ini. Tapi rasa takutku lebih besar daripada keberanian itu. Akhirnya aku hanya memilih bersembunyi, menahan perasaanku yang terus mengusik.
Tapi dengan cara seperti inipun aku bahagia. Dengan memendamnya, aku merasa hanya aku saja yang memilikinya. Bahkan perasaan ini tidak kubagi, juga padamu. Hanya milikku saja, hanya punyaku saja.
Perasaan itu kian terus menguasai hatiku, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menahannya.
Melihatmu, menyaksikan tawamu dari kejauhan, berusaha mencuri pandang, walau yang aku dapatkan lebih banyak menyaksikan punggung daripada wajah. Tapi aku bahagia Azlan, aku berbahagia.
Tidak tau, berapa lama lagi. Entah perasaan ini semakin menguat atau memudar tapi aku selalu bedoa agar hatiku selalu menyimpan ketabahan jikalau nanti dipenghujung tak kutemukan kamu sebagai jawaban.
Ku tata hatiku agar tak kian menjadi buta, menganggap kamu hanya satu-satunya jalan untuk bahagia. Pun aku tidak tau, hadirmu akankah menjadi pelengkap iman ataukah penguji iman. Yang aku tau, saat ini tugasku hanya tetap menjaga fitrah rasa ini dijalan yang seharusnya.
________________________________________
Dari Azlea,
Sambil menatapmu disudut jendela yang tertutup tirai :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azlan & Azlea
PoetryHanya sajak tentang caraku mencintai tanpa menodai kefitrahan cinta itu sendiri. Tidak seperti defenisi cinta yang ditafsirkan banyak orang. Tapi cinta bagiku hanyalah ruang-ruang penerimaan dan pengikhlasan.