52

10 1 0
                                    

Tepat setelah 52 hari setelah lamaran itu, hari ini tiba. Hari ini aku akan benar menikahi gadis yang telah aku pilih dan gadis yang kuragukan ia memilihku atau tidak.

Hari ini, aku akan memandangnya dan ia akan memandangku dengan sengaja untuk pertama kalinya.

Hari ini, aku seperti tidak siap dengan reaksinya.
Segalanya bercampur aduk dalam benakku.
Namun apapun itu, aku telah menyerahkannya kepada Allah. Yang menggenggam hati manusia, hatiku dan hatinya.

Membayangkan menatap wajahnya saja, rasanya aku takkan sanggup. Mungkin akan begitu sangat indah.

Detik demi detik berlalu, dentingnya sangat berisik seperti isi kepalaku.

Mencoba duduk tenang, pelan ku jabat tangan ayahanda dari gadis yang akan ku nikahi ini. Ia ucapkan ijab dengan lantang namun penuh rasa bahagia dan tahan getaran tangis. Ku jawab dengan qobul, dengan penuh rasa yakin dan sadar penuh bahwa dengan qobul ini maka ia adalah istriku, ia tanggung jawabku hingga ke akhirat kelak, ia adalah pakaianku, ia adalah harga diriku, ia adalah seseorang yang harus aku bahagiakan, seseorang yang harus aku penuhi nafkahnya lahiriyah dan batiniyahnya, seseorang yang akan menjadi temanku sehidup sesyurga.

Setelah ku ucapkan qobul itu, semua orang berkata "sah".
Luruh hatiku.
Gemetar jiwaku.

Ya Allah, aku telah bergelaran seorang suami.
Yang tanggung jawabnya langsung kepada-Mu.

Beriringan keluarga, menghantarkan ia, istriku. Perlahan ia duduk di belakangku. Dengan lembut dan perlahan aku berbalik ke arahnya dan ..................

Azlan & AzleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang