Azlan :
Aku tidak tau seberapa hancurnya dirimu kini, tapi kehancuran kita tidak jauh berbeda. Aku tidak akan berusaha merawat lukamu atau lukaku. Aku hanya berusaha supaya aku berhasil melupakan perasaan ini untukmu. Sebab aku tidak mau lagi, memiliki perasaan apapun kepada siapapun. Aku tidak ingin lagi...Azlea :
Kalau ini jalan yang Engkau pilihkan untukku, redho hatiku atas segala ketentuan-Mu. Mohon jangan beri aku lagi cinta, jangan lagi Engkau luluhkan aku pada sebuah perjuangan. Cukup ini saja, aku sudah lebih dari hancur, kalau lebih dari ini aku akan tiada.Azlan :
Kulepaskan kamu pada semesta, kupinta waktu supaya menjadi pengobat perasaan kita. Walau tak adil, aku terluka karenamu, dan kamu terluka karena dia. Tapi Tuhan memberi kita luka yang sama. Dari rumitnya kisah ini, aku belajar satu hal, bahwa cinta yang sebenarnya adalah saat kamu tak ingin lagi memilikinya.Azlea :
Aku tidak meminta banyak lagi, bahkan tidak juga meminta cinta. Aku hanya ingin diberi kekuatan. Agar aku mampu melewati semua masa-masa tersulit dalam hidupku ini. Aku terluka, mungkin karena aku telah melukai. Sehari sebelum hari pernikahan itu, aku melukai hati Azlan. Tanpa memikirkan kata dan penyampaian yang baik, aku dengan sengaja ingin menyakitinya. Aku tidak mengerti apa yang di inginkan takdir, dan aku tidak ingin mengerti.Azlan :
Satu hal lagi yang paling berarti, saat kamu berani mencintai kamu pun harus mempersiapkan ruang untuk menampung rasa sakitnya. Jangan sepenuhnya gunakan untuk mencinta, tapi sisakan sedikit untuk penerimaan. Lagi pula, tidak ada pengharapan yang berakhir indah selain apa yang di sandarkan kepada DIA. Aku telah ikhlas..Azlea :
Inilah konsekuensi dari permainan rasa. Kamu hanya punya dua pilihan bersyukur atau ikhlas. Bersyukur kalau ternyata cintamu menjadi milikmu, dan ikhlas kalau ternyata memang bukan untukmu. Dan untuk kedua kisahku, aku telah memilih ikhlas..._________________________________________
kita yang tak utuh,
Azlan
Dan
Azlea
KAMU SEDANG MEMBACA
Azlan & Azlea
PoetryHanya sajak tentang caraku mencintai tanpa menodai kefitrahan cinta itu sendiri. Tidak seperti defenisi cinta yang ditafsirkan banyak orang. Tapi cinta bagiku hanyalah ruang-ruang penerimaan dan pengikhlasan.