CHAPTER 4

5.9K 294 7
                                    

"Lama ya Pah? Tadi Fel ngobrol dulu sama Kak Alanda" Ucap Fellysia sambil menutup pintu mobil.

"Nggak sayang, emang ngobrolin apa?" Tanya papahnya sambil menghidupkan mesin mobil.

"Kak Alanda bahas cowok yang gendong Fel tadi" Ucapnya enteng membuat si lawan bicara menatap tidak suka

"Fel digendong? Siapa yang gendong Fel?" Tanya nya menahan emosi, enak saja berani sekali laki laki lain mengendong anak kesayangan nya.

"Kak Darren, tadi Fel jatoh kena bola pah terus di gendong"

"Kok bisa jatoh? Terus gimana?"

"Fel yang ceroboh pah, udah di obatin sama Kak Darren"

"Jangan mau lagi di gendong, kecuali sama papah ya!" Untung saja si Darren Darren itu mengobati anaknya, jika tidak akan Agam cari sampai laut Afrika!

"Tadi juga Kak Gibran bilang gitu ke Fel, terus marahin Kak Darren"Agam hanya tersenyum sambil mengelus elus puncak kepala anaknya.

Jalanan sangat macat, membuat Fellysia tertidur Agam yang melihat anak nya meringkuk sambil memeluk tasnya tersenyum kecil, tidak menyangka bisa mempunyai anak semanja Fellysia.

"Loh mas, kenapa Fel nya nggak dibangunin aja? Udh gede malah di gendong" Ucap Resti melihat suaminya yang datang sambil menggendong Fellysia seperti bayi, yang di gendong malah tidak merasakan apa apa.

"Kasian kecapean, tadi habis jatoh katanya"

"Jatoh? Kok bisa? Yaampun Fel"

"Syut nanti bangun, bentar sayang aku nidurin Fel ke kamarnya dulu" Pamit Agam kepada istrinya.

***

Sambil menunggu suaminya mandi, Resti menyiapkan makan malam nya.

Tak lama bel rumah bunyi.

"Iya iya sebentar" Teriak Ibu Fel

"Malam tante, Fel nya ada?"

"Ada, tapi dari sore belum bangun. Dia ketiduran di mobil Gib"

"Masuk dulu yuk"

"Iya tante"

Gibran melihat Erika adik Fellysia yang sedang bermain boneka sendiri di ruang tamu, membuat Gibran menghampiri nya.
"Hai Erika, kok sendiri?" Tanya Gibran yang membuat mata berbinar Erika menatap kehadiran Gibran.

"Kak Iblan"

"Iya sayang, kakak temenin ya"

Sementara itu di kamar nya Fellysia terbangun, merasakan lutut nya yang terasa sedikit perih. Dasar lebay.

"Kok Fel dikamar sih? Masih pake seragam lagi" Fellysia turun dari kasur nya untuk turun ke bawah.

Karena nyawa nya belum terkumpul, Fellysia menuruni tangga dengan sempoyongan

Bugh.

Lagi lagi Fellysia terjatuh dengan posisi terduduk, yang lebih parah lutut nya lebih awal mencium lantai "Akh sakit" Ringis Fel.

"Felli!" Teriak Gibran.

"Kak Gibran kok di si-" Ucapan Fel terhenti karena Gibran yang tiba tiba mengendong nya dan kembali membawa Fellysia ke kamar nya.

"Kak lepasin, kata papah Fel gak boleh di gendong orang lain kecuali sama papah!" Ucapnya yang mencoba melepaskan gendongan Gibran.

Gibran menatap Fellysia yang mernota meminta untuk diturunkan "Diem, atau kakak cium!" Ancam Gibran yang membuat Fellysia berbinar.

Gibran sendiri merutuki omongan nya, mengapa tatapan Fellysia seakan akan menerima suka rela Gibran akan mencium dirinya.

"Cepet Kak cium Fel!"

Tuhkan.

"Kak Gibran katanya mau nyium Fel, dimana? Pipi kening atau di bib-"

"Auwww" Omel nya karena Gibran menupuk jidat Fellysia

"Anak kecil jangan ngawur!" Gibran pergi meninggalkan Fellysia untuk mengambil P3K dibawah.

Di tanggan, Gibran melihat Agam papah Fellysia dengan wajah panik nya.

"Gibran, Fel jatuh? Tadi kata Erika Fel jatuh lagi. Kok bisa? Sekarang gimana?"

Gibran tersenyum "Gapapa Om, Fel dikamarnya tadi Gibran gendong Fel, maaf kalo lancang Om. Sekarang Gibran mau ambil P3K buat obatin Fel" Jelasnya membuat Papah Fel bernafas lega.

Tapi apa dia bilang? Menggendong Fellysia? Yang benar saja!

"Oh iya gapapa, makasih ya udah gendong Fel untung ada kamu" Ucap Resti, mamah Fellysia yang tiba tiba datang membuat suaminya melirik tidak suka

"Yaudah, tante ambilin kotak obatnya dulu" Pamit nya sambil tersenyum.

Gibran merasa de javu.

"Mmm Om, Gibran pamit pulang dulu ya. Udah malam" Pamitnya karena merasa tidak enak.

"Yaudah hati hati, biar luka Fellysia Om yang obatin" Senyumnya.

"Loh kok pulang?" Tanya Resti yang kembali membawa kotak obat.

"Udah malam Tan, besok lagi"

"Yaudah hati hati ya, salam buat orang tua kamu"

"Siap tante, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah memastikan Gibran pulang, Resti menatap suaminya kesal "Kamu gaboleh gitu, harusnya makasih sama Gibran"

"Aku gasuka, dia gendong Fellysia"

"Terus kalo Fellysia gak di gendong gimana? Emang anak manja itu mau jalan sendiri? Apalagi kakinya sakit"

"Iya iya sayang" Senyum nya jail membuat sang istri mendengus kesal.

"Mamah, Papah kenapa disitu?Kak Gibran mana?" Tanya Fellysia di depan pintu kamar nya.

"Kak Gibran pulang, sini biar papah yang obatin" Ucapnya sambil mengecup pipi anaknya sayang.

"Yaudah, mamah siapin Fel baju ganti ya"

"Iya Mah, Fel gamau mandi"

"Jorok!" Ledek Papah Fellysia yang sedang membersihkan luka Fellysia.

"Auww, bukan jorok papah. Fel takut perih"

"Udah gede, udah punya adik tapi kelakuan kayak anak kecil" Kali ini Resti menanggapi omongan anaknya.

"Gapapa, yakan Pah?"

"Iya sayang, udah beres. Sekarang cepet ganti baju. Terus kita makan malam ya"

Agam menunggu anaknya di depan pintu kamar Fellysia karena Fellysia merengek minta digendong, alasanya sih lutut nya sakit.

"Udah Pah"

"Yuk naik" Fellysia tersenyum antusiasis.

Di meja makan sudah ada Erika dan Mamah nya.

"Hei Erika" Sapa Fellysia melihat adiknya yang sedang memainkan sendok di meja makan.

"Papah papah" Panggil Erika

"Iya sayang" Sahut nya sambil mecium puncak kepala anak keduanya.

"Elika mau disuapin papah"

"Erika mau disuapin papah?" Tanya papah nya mengulangi.

"Iya, Elika mau di suapin papah"

"Iya, Erika di suapin papah ya"

Fellysia terkekeh geli melihat adiknya yang begitu manja, padahal dirinya sendiri lebih manja daripada Erika.

















Double UP


Rabu. 1 mei 19.

[F1] - FELLYSIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang