CHAPTER 40

3K 162 27
                                    

Hai, im come back! 😂
Guys, plis kalo comment jangan "Next" doang huhu sedih akutuh.
Semangatin kek wkwk, keliatan banget kan author nya jomblo :(




Next part, tergantung vote dan comment ya.






Selamat membaca.
Enjoy!















Rambutnya berantakan, entahlah.
Kaki munggilnya berlari tak tau arah, gadis itu terus berlari bersama tangisan tak bersuara.
Kenapa rasanya sakit sekali?

Felly terus memukul dadanya pelan, menyesakkan.

"Kenapa sakit" Tanya nya, air mata nya terus mengalir

Felly sendiri tidak tau, kenapa? Ada apa dengan dirinya.

Sejak mendengar ucapan Gabriella tadi, membuat dada Felly sesak sampai sekarang.

Felly tidak peduli waktu Ando Rafael dan Alanda meneriaki namanya, mengejar dirinya.

Felly tidak peduli, kakinya meminta untuk tetap berlari.

Semua tubuhnya terlepas kendali, Felly hanya mengikuti.

"Felly?"

Felly mendongak menatap mata laki laki dihadapannya, matanya menatap teduh membuat Felly gelisah.

"Fel, kenapa nangis? Lo kenapa ada disini?"

Darren menyentuh bahu Felly, tanpa di duga Felly memeluk Darren erat sambil terisak kencang.

Darren diam, menerima dan menenangkan gadis yang sedang berada di pelukannya.

Rahang Gibran mengeras, menahan emosinya.

Kalau bukan perempuan, sudah habis dengan emosinya sekarang.

Walaupun Gibran membenci gadis di sampingnya, tapi Gibran masih berfikir waras. Bagaimanapun Gibran tidak bisa bermain fisik pada perempuan.

"Lo keterlaluan!" Bentak Gibran, masih menahan emosinya

Gabriella menatap Gibran masa bodo, seolah-olah tidak melakukan kesalahan "Apasih sayang, gue kan bilang apa adanya. Bener kan kalo kita pacaran?"

"Lo boleh ngatur ngatur gue, tapi gue gak rela kalo lo udah berani bilang kayak tadi di depan Felly!"

"Terus?" Tanya nya dengan suara menyebalkan

"Sialan!"

"Turun!" Bentak Gibran

Gabriella mengerjapkan matanya menatap Gibran "TURUN!"

"Maksud lo?"

"Lo budeg? Gue bilang turun, ya turun bitch!"

"Lo ngatain gue apa barusan?"

Gibran tertawa mengejek "Lo ternyata selain budeg, juga bego ya. Lo itu bitch!"

"Keluar!"

Gabriella meneteskan airmatanya, Gibran tidak punya hati.

Sambil mengusap air matanya "Maafin gue Gib, gue nggak bermaksud"

"Turun" Nada Gibran merendah, menetralkan emosinya tak tega melihat Gabriella menangis

Sudah dikatakan, Gibran masih waras.
Apalagi membuat wanita menangis di hadapanya, adalah suatu kelemahan bagi Gibran.

Tapi Gibran tidak tau, ada yang duluan menangis karena dirinya.

[F1] - FELLYSIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang