Hari ini kelas Picka dua belas IPA 7 pelajaran olahraga. Mengganti bajunya di ruang ganti, semua berkumpul di lapangan basket indor. Masing-masing sedang pemanasan kecuali Picka yang sedang tiduran di kursi penonton sembari menatap layar ponselnya. Membuka situs belanja online, mulutnya terus mengunyah permen karet.
Beberapa barang telah Picka pilih dan ia transfer uangnya. Kegaduhan di bawah akhirnya membuat Picka menoleh ke lapangan. Picka merubah posisi duduknya kaget saat Pak Rio-guru olahraga itu memboyong anak kelas IPA 1 yang kini menggunakan pakaian yang sama. Senyum Picka mengembang sempurna, ia berlari menuruni tangga dan ikut bergabung.
"Kita akan main permainan yang mengharuskan berpasang-pasangan. Untuk menjalin kebersamaan antar kelas, pasangan tidak boleh satu kelas. Permainannya adalah menjaga pasangan agar tidak terkena lempar bola, siapa yang bertahan akan mendapat hadiah,"
"Mau kemana lo?" Ayesha menahan tangan Picka.
"Gue sama Capta ya beb, lo sama Nean aja noh, bye," Picka berjalan dengan cara menyamping dan berhenti di belakang tubuh Capta.
"Cap, gue sama lo ya. Karena yang pantas menjaga gue hanya lo," Bisik Picka, Capta mengusap telinganya. "Cap? Lo potong rambut?" Picka mengusap belakang kepala Capta, tidak lama kemudian sekelompok adik kelas masuk dan menggunakan pakaian yang sama.
Kedua guru olahraga tersebut bicara, cuaca yang sedang hujan akhirnya membuat gedung olahraga menjadi tempat terakhir.
"Kemana? Gue sama lo." Picka menahan tangan Capta yang ingin berjalan meninggalkannya, karena ternyata kelas tersebut ikut bergabung dalam permainan. Picka melihat si cewek tanda tangan.
"Ambil posisi." Ujar Capta, Picka tersenyum lebar mengikuti lelaki itu.
Semua sudah saling berpasangan, mencari posisi untuk bertahan. Saat peluit di tiupkan, permainan di mulai. Bola terus di lempar ke arah target. Jeritan manja para perempuan memenuhi isi gedung olahraga, bayak pasangan yang mulai di diskualifikasi.
Menatap Capta yang terlihat malas-malasan dalam permainan, Picka menghembuskan nafas pelan, mengambil langkah di depan Capta kemudian menguncir rambutnya menjadi buntalan ke atas. "Lo di belakang gue, biar gue yang jaga." Ujar Picka menarik baju bagian lengannya ke atas.
Capta menatap datar, mau tidak mau ia mengikuti langkah Picka dan tetap berada di belakang perempuan itu agar tidak terkena bola.
Pasangan yang mulai di diskualifikasi semakin banyak hingga yang tersisa sepuluh pasangan termasuk Capta dan Picka. Sadar bahwa Picka begitu serius dalam permainan, tangan Capta terulur ke depan menggenggam baju Picka. Perempuan itu mengikat bajunya ke samping hingga perutnya akan terlihat jika tangannya terangkat. Meski sudah di tegur para guru, Picka akan tetap pada style dirinya.
"Akh," Ringis Picka saat bahunya dihantam bola yang di lempar Bayu. Saat bola tersebut berhasil ia tangkap, Picka mengincar pasangan Bayu, perempuan si tanda tangan. Nampaknya ada dendam tersendiri antara Picka dan perempuan tanda tangan, Bayu dan Picka.
"Lo dendam sama gue?!" Tanya Picka saat tubuhnya berulang kali terkena bola yang di lempar Bayu.
"Play game baby," Kata Bayu dengan seringai di bibirnya.
"Akh," Picka membungkuk, karena menepis bola pergelangan tangannya menjadi sakit. Bayu tidak mengincar target melainkan dirinya. Ketika bola yang di lempar Bayu kembali ingin menghantam tubuhnya, sebuah tangan kekar terulur ke depan meninju bola tersebut sampai menggelinding keluar lapangan. Capta dan Picka di diskualifikasi. "Kenapa lo sentuh bolanya?!" Picka berbalik menatap Capta kesal. Orang yang menyaksikan pun tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAP
Teen Fiction"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus mengancam dirinya. Senyum dan tawa sebagai pengalihan. Saat ia mendekati lelaki hanya untuk sebuah perlindun...