10. Capta vs Picka vs James

21.5K 1.8K 559
                                    

Sudah lebih dari tiga jam Capta berada dalam mobil. Sekolah pasti sudah di bubarkan melihat jam berapa sekarang. Melewatkan mata pelajaran penting di hari Senin. Capta menghembuskan nafasnya, menatap seorang perempuan yang duduk di sampingnya masih tertidur pulas. Rasanya sudah cukup jika Capta membangunkannya sekarang.

Capta menghadap Picka, menjitak kepala perempuan itu. "Bangun." Picka sama sekali tidak bergerak bahkan tidak terganggu. "Bangun," Capta mencoba sekali lagi, tetap gagal.

Pesan dari Nean yang bertanya dimana dirinya tidak Capta jawab. Capta hanya perlu cepat pergi dari sini. Mengetuk ujung jemarinya di stir mobil, sepertinya Picka membeli mobil baru. Merek sama namun ini keluaran terbaru.

Ketukan lewat kaca mobil membuat Capta menurunkan kaca tersebut. Seorang pria berjas hitam rapih meminta Capta keluar.

"Kenapa?" Tanya Capta menutup pintu mobil, menguncinya dari luar.

"Anda bisa tinggalkan dia disini, kami akan membawanya masuk," Capta menatap dua orang lelaki itu bergantian. Mengintimidasi. "Kami menjaga nona Picka."

"Gue akan bawa dia masuk, kalian tunjukkan saja jalannya," Capta berputar ke depan, membuka pintu mobil dan membawa Picka kepelukkannya mengikuti dua orang yang mengaku menjaga Picka.

Tiba di depan pintu apartemen, kedua orang itu tampak kebingungan karena tidak tahu pasword untuk membuka pintu. Mereka seperti menghubungi seseorang.

"Ulang tahun lo," Ucap Picka pelan. Capta bisa mendengar itu. Ia lalu menatap Picka di pelukannya yang masih terpejam.

Capta mendekati pintu masuk. Menekan angka tanggal lahirnya, terdengar bunyi hingga akhirnya pintu terbuka. Kedua pria itu saling melempar pandangan.

"Gue akan keluar lima menit." Ujar Capta meminta dua lelaki itu tetap berada di luar. Capta membawa Picka menuju ruangan yang ia yakini sebagai kamar Picka. Merebahkan perempuan itu di ranjang Queen size. Capta memijat tangannya yang merasa pegal.

"Gue pulang."

"Kenapa bukan gue?" Tanya Picka membuat langkah Capta terhenti di ambang pintu. "Kenapa harus cewek itu? Gue bisa berubah Cap, kalau lo mau." Ujar Picka begitu pelan dari balik selimut. "Kenapa harus di saat hari yang menurut gue adalah hari bersejarah? Lo sengaja? Lo mau buat gue jatuh Cap? Lo selalu berhasil dalam hal itu,"

Capta memejamkan kedua matanya, ia berbalik tepat saat Picka membuka selimutnya. Wajahnya berantakan, matanya bengkak. Picka tersenyum kecil.

"Lo mengacaukan semuanya," Picka mendecih pelan, ia bangkit mencuci wajahnya. "Lo suka sama dia?" Tanya Picka mengelap wajahnya dengan handuk, menguncir rambutnya asal kemudian menghampiri Capta di depan pintu kamar miliknya. "Suka?"

"Em."

Picka memejamkan matanya sebentar. Ia tidak ingin tenggelam dalam kecerahan tatapan Capta. "Sekarang gue harus apa, Cap?"

"Berhenti suka sama gue."

"Kenapa?"

"Lo yang sakit sendiri, bukan gue."

"Kenapa dari sekian banyak cewek harus dia? Kenapa lo nggak pernah mau gue ajak jalan sedangkan lo mau sama dia? Lo cium dia, Cap." Kata Picka dengan hati yang dicabik-cabik. Picka tidak akan melupakan bagaimana rasa sakit yang ia dapatkan di hari bahagianya. Kedua pria yang tadinya Picka harapkan akan membawa kebahagiaan, datang membawa luka lebih parah.

"Lo tau kenapa gue nggak pernah suka sama lo?" Picka terdiam, menunggu kalimat Capta selanjutnya. "Lo hanya cewek tolol yang nggak pernah paham. Gue bukan orang yang bisa lo sukai, apa yang teman lo bilang itu benar, gue nggak pantas buat cewek sekelas lo,"

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang