Salah satu alasan Picka tidak suka datang pagi adalah harus berdesakan masuk, terjadi kemacetan yang luar biasa di depan gerbang Pandawa. Angkot dimana-mana, motor, mobil dan kendaraan lainnya berkumpul disana. Berhenti seenaknya, berjualan seenaknya, nyebrang seenaknya, segala sesuatu yang ingin cepat.
Picka menekan klakson mobilnya berkali-kali sambil tertawa jahat. Dihadapannya saat ini ada sebuah mobil Mini Cooper putih milik Ayesha. Picka sengaja menekan klakson, sekaligus berlomba dengan suara klakson yang lain. Karena kesal di desak terus-menerus akhirnya Ayesha keluar dari mobil kemudian melempar botol mineral yang tutupnya sudah di buang, mendarat di depan kaca mobil milik Picka.
"Berisik lo jablay! Sabar bisa nggak!"
Entah apa yang Ayesha teriakkan membuat Picka terbahak sampai sakit perut, ia harus menekan perutnya yang sakit karena terlalu keras tertawa. Pagi-pagi membuat orang kesal itu sesuatu bagi Picka. Ayesha terlihat menunjuk Picka sebelum masuk ke mobil lagi.
Target selanjutnya telah tiba tanpa direncanakan. Picka menurunkan kaca mobilnya sebelah kiri membuat dua orang yang sedang berada di motor itu menoleh. "Pagi Captain Picka." Ucap Picka semangat. "Langitnya cerah kali ini, secerah gue kalau lihat lo pagi-pagi. Semangat aja gitu,"
Capta kembali menghadap depan tanpa membuka kaca helm. Picka menarik ekor matanya menuju orang yang dibonceng Capta. "Re, mantan lo jinakin dulu coba, pagi-pagi udah lemparin gue pake botol minum,"
"Mau gue lepar pake batu juga?"
"Cap, Rean mau lempar gue pake batu nih," Aduhnya. "Lo jangan gitu Re, lempar batu sembunyi tangan itu namanya,"
"Capta punya gue, mau apa lo!" Rean melingkarkan tangannya di pinggang Capta bergaya seperti seorang perempuan. Capta menepak helm Rean namun Rean tetap memeluk lelaki itu sambil menggodanya.
"Sialan lo! Jangan grepein cowok gue!"
Rean menjulurkan lidahnya karena Capta sudah melajukan motornya, menendang kecil mobil Picka. Sumpah itu Rean cocok banget jadi banci. Picka tertawa geli melihat Capta yang risih dengan tingkah Rean.
Setelah menunggu lama akhirnya Picka memarkirkan mobilnya dengan aman damai dan tenang. Mengambil botol minum di dekat kaca, membuangnya sembarangan.
"Ambil."
Picka menoleh cepat, senyumnya mengembang. Ternyata botol itu mendarat di depan kaki Capta.
"Biarin, kan ada petugas kebersihan," Picka menghampiri Capta dan melupakan Ayesha. Menyadari itu Ayesha mendengus pelan meninggalkan Picka. "Yuk masuk,"
Capta menekan tengkuk leher Picka hingga perempuan itu membungkuk. "Ambil."
Picka mendengus kesal, memungut botol itu. "Nih gue ambil, terus?"
"Buang kotak sampah."
Picka menarik siapa saja yang melintas di dekatnya. "Tolong buangin, gue alergi sama sampah soalnya." Melihat itu Capta menggeleng pelan meninggalkan Picka. "Cap tungguin!"
Melingkarkan tangannya di lengan Capta, keduanya berjalan menelusuri koridor menuju kelas. Tidak sengaja Picka berpapasan dengan cewek tanda tangan, baik Capta maupun Picka sama sekali tidak menatap perempuan yang sedang berdiri di depan kelas itu. Waktu seperti berjalan lambat saat Picka dan Capta lewat dengan kerennya. Toh Picka memang tidak kenal. Picka mengulum senyum, ia seperti ada di sebuah film, keren sekali. Ada yang tau drama Goblin, seperti itulah bayangan Picka.
"Belajar yang rajin masa depan," Picka melepaskan tautan tangannya saat Capta berbelok masuk ke kelas, sedangkan kelas Picka berada paling pojok.
Berkah di hari Rabu, jam pertama kelas Picka kosong dikarenakan guru tidak bisa masuk. Meski sudah di kasih tugas, kebanyakan anak sudah pergi entah kemana termasuk Picka yang duduk di sebuah bangku yang terletak di bawah pohon pinggir lapangan. Sekaligus melihat Capta yang sedang pelajaran olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAP
Подростковая литература"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus mengancam dirinya. Senyum dan tawa sebagai pengalihan. Saat ia mendekati lelaki hanya untuk sebuah perlindun...