Ayesha menerima kunci mobil tersebut dalam diam. Pikiran dan tatapan matanya kosong di tengah keramaian yang mengkhawatirkan Alysta. Tiba-tiba Ayesha merasa takut. Kehilangan. Memikirkan apa yang akan terjadi membuat Ayesha sangat sesak untuk bernafas. Semua itu bohong, tolong katakan bahwa Picka baik-baik saja sekarang.
Orang yang membawa Picka akan rugi, karena sahabatnya itu bukan orang yang akan menguntungkan. Picka tidak cantik, tubuhnya kurus, mulutnya pedas dan cukup kuat untuk membantai semua orang lewat kata-katanya. Jadi tolong, kembalikan Picka.
Tanpa sadar air mata Ayesha lolos begitu saja, perubahan tubuh yang Ayesha benci. Semuanya masih begitu pelan dan kosong saat sebuah tangan mengambil alih kunci mobil di tangannya dan menarik Ayesha untuk menjauh dari kerumunan yang bertanya apa yang sedang terjadi.
Mobil tersebut akhirnya meninggalkan halaman depan sekolah. Melaju di jalan raya yang cukup ramai. Ayesha duduk diam di balik kursi penumpang. Meremas kedua tangan di pangkuan yang bergetar hebat. Membiarkan rambutnya menutupi wajahnya karena Ayesha malu, ia bisa menangis karena seseorang selain si brengsek satu itu.
"Gue nggak tau dimana rumah Alysta, lo tau?" Tanya lelaki tersebut. Ayesha menghembuskan nafas panjang kemudian menggeleng. Ayesha mendengar lelaki itu menghubungi seseorang sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah kafe. "Kata Nicole kita tunggu disini aja,"
Ayesha mengangguk, membuka pintu mobil kemudian berjalan beberapa meter masuk ke dalam kafe.
"Ay," Panggil Kekan. Ayesha berbalik. "Gue nggak mungkin gendong Alysta masuk ke dalam, kan?"
"Kenapa?" Tanya Ayesha mengerutkan keningnya bingung. Mendekati Kekan.
"Dia berhijab Ay, takut," Ujar Kekan membuat Ayesha memutar bola matanya.
"Ya udah tunggu di mobil aja, tadi lo bilang Nicole akan kesini kan?" Tanya Ayesha. Kekan mengangguk. "Lo pulang aja, gue bisa tunggu sendiri,"
"Gue tunggu lo deh," Kekan membuka pintu depan, duduk disana membiarkan pintu terbuka. Sementara Ayesha menemani Alysta di kursi belakang.
"Kok lo bisa ada di sekolah?"
"Kebetulan lewat,"
"Naik apa?"
"Skateboard." Kekan tersenyum kecil. "Lo baru pulang? Nggak bawa mobil?"
Ayesha menggeleng. Ia tidak akan pulang sebelum bertemu Nicole dan bertanya apa yang terjadi. Menyandarkan kepalanya ke belakang, Ayesha membuang wajahnya ke jendela. Aroma mobil Nicole sungguh maskulin membuatnya sedikit tenang. Semua itu mengingatkan Ayesha dengan mobil seseorang.
"Ay," Panggil Kekan, Ayesha menggerakkan lehernya menatap lelaki itu.
"Kenapa?"
"Nggak, nggak jadi,"
Kekan menghembuskan nafasnya pelan, menatap jejeran motor yang terparkir depan kafe. Ia tertawa kecil.
"Sory, dari awal gue udah bilang kalau gue nggak bisa sama orang yang punya ikatan sama masa lalu gue. Terlebih lo sahabat dekatnya." Kata Ayesha pelan. Kekan mengangguk. "Gue nggak mau merusak hubungan persahabatan seseorang hanya karena cinta monyet yang belum jelas. Kita masih delapan belas tahun, masih banyak hal baru di hidup kita,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAP
أدب المراهقين"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus mengancam dirinya. Senyum dan tawa sebagai pengalihan. Saat ia mendekati lelaki hanya untuk sebuah perlindun...