44. Anak SMA vs Anak TK

17.8K 1.8K 278
                                    

Dua hari ini Picka sengaja menghidupkan alarm jam lima pagi untuk membantu Kansa di dapur. Selain untuk mengambil hati mertua, Picka juga tau diri karena sudah di beri tempat tidur dan makan gratis. Picka tidak ingin di cap menantu durhaka, calon menantu maksudnya.

Jika kemarin Picka di ajarkan masak nasi goreng, kali ini sesuai request Yuan semalam yang menang saat bermain game untuk masak Mie instan. Bersama campuran sosis, sayuran, telur dan ramuan lainnya yang membuat hidangan Mie instan biasa menjadi istimewa.

Picka menyiapkan lima piring di meja makan. Pagi ini Xalio tidak bisa sarapan bersama karena semalam sudah pergi keluar kota bersama Kepala Negara dan jajaran menteri untuk urusan pekerjaan.

Picka sungguh merasa ada di antara mereka, Picka seolah di peluk dan dirangkul oleh keluarga itu. Ia ada dan dihargai sebagai manusia. Picka tidak kesepian lagi. Mendengar sahutan lucu pertengkaran Capta dan Yuan maupun Yuan dan Sean. Mereka membuat suasana pagi Picka punya warna. Salah satu alasan kenapa Picka suka bangun pagi, kehangatan baru Picka rasakan. Ini yang namanya punya keluarga, karena selama ini Picka tidak memiliki itu.

"Ini bekal kamu sama Alka, lebih hemat jadi nggak perlu jajan. Fokus belajar karena bentar lagi ujian," Kansa menyerahkan sebuah tas bekal yang sudah disiapkan.

"Maaf ya Picka ngerepotin kayaknya ngerepotin tante terus," Picka menerima bekal tersebut, merasa tidak enak mengganggu keluarga yang harmonis tersebut.

Kansa mengusap lengan Picka hangat. "Sama sekali nggak ngerepotin, tante malah senang. Berasa punya anak perempuan. Ada orang yang tepat untuk cerita tentang makanan, belanja dan hal-hal yang tidak bisa tante lakuin sama anak laki-laki tante dapat lakukan sama kamu,"

"Picka juga senang, berasa punya Mama," Picka tersenyum lebar.

Mereka berpelukan sekali lagi. "Kayaknya kita harus atur jadwal buat hangout," Kansa menyentil hidung Picka gemas.

"Setuju," Kata Picka, keduanya tertawa.

Walaupun baru satu hari, sudah banyak hal yang Picka dan Kansa lakukan. Seperti ke salon, ke pasar mencari bahan makanan dan bercerita banyak hal sebelum tidur. Perjalanan hidup kedua orang tua Capta, Picka sudah dengar semua itu.

"Picka pergi dulu ya, udah di klakson terus dari tadi. Anak tante satu itu emang maunya buru-buru terus,"

Kansa tertawa pelan. "Ya sudah, hati-hati,"

Usai berpisah, Picka berlari menuju garasi dimana Capta sudah menunggu di mobil. "Kuy!" Kata Picka sembari memasang sabuk pengaman. Meletakkan bekal di kursi belakang. "Mau charger dong Cap, tolong,"

"Nggak bawa, kenapa nggak di cas semalam,"

"Lupaan, nonton drakor ketiduran, pas mau pergi ngecek hp, eh mati,"

"Nanti di sekolah pinjam sama yang lain,"

"Oke," Picka mengatur sandaran kursi sedikit ke belakang. Karena tidak sempat make up, jadi Picka berdandan di mobil. "Btw, kenapa Alka bisa sama loh?" Picka baru saja tau tadi pagi ketika Kansa memintanya untuk memberikan makan anjing. Capta tidak pernah mengatakannya.

Betapa terkejutnya Picka, seperti ibu dan anak di pertemukan kembali. Alka berlari seolah rindu padanya. Anjing itu masih mengenalnya.

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang