42. Bunga di Makam [Gadis asing]

18.6K 1.7K 370
                                    

"'Mau pesan apa? Kamu belum sarapan kan?" Brayn memberikan buku menu pada gadis SMA di hadapannya. "Specialnya disini ada nasi goreng sama nasi liwet, atau kamu mau roti?"

Picka menggeleng. "Nasi goreng aja," Katanya menyerahkan buku menu pada pelayan yang berdiri di dekatnya. "Minumnya susu kedelai,"

"Makanannya sama, minumannya saya minta ristretto,"

"Baiklah saya ulangi pesannya. Nasi goreng special dua, susu kedelai satu dan ristretto satu, ada lagi?"

"Kamu mau lagi?" Tanya Brayn memberikan leluasa untuk memesan apa saja.

Picka menggeleng. "Nggak, itu aja,"

Setelah pelayan tersebut pergi, Picka sedikit canggung karena Brayn terus memperhatikannya. Picka tidak merasa di intimidasi, ia seperti melihat sebuah kerinduan dari sorot mana pria yang masih berkarisma tersebut.

"Kamu cantik, sama seperti Mama kamu," Brayn membuka suara setelah puas menatap Picka. Merasa bernostalgia waktu zaman ia masih nakal-nakalnya.

"Om kenal Mama Picka?" Tanya Picka pelan, sepertinya ia mulai tahu arah pembicaraan kenapa Brayn mengajaknya untuk pergi.

Brayn mengangguk. Kemudian mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah foto, memberikannya pada Picka.

Picka speechless seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Picka speechless seketika. Foto berukuran 3R itu masih begitu mulus dan tidak ada cacat sedikitpun. Bibir Picka bergetar, siapa perempuan di dalam foto tersebut membuat jantungnya bergemuruh tidak tenang. Picka membuka suaranya, bersama air mata yang jatuh tanpa membekas.

"Ini, siapa Om?"

Selama ini Picka tidak tahu wujud dan rupa seperti apa Mamanya. Mengetahui namanya saja sudah membuat Picka senang. Orang-orang jahat yang hidup di sekelilingnya tidak membiarkan Picka mengetahui wajah cantik yang telah melahirkannya. Picka tidak tahu harus berekspresi seperti apa, semua rasa kini menghampirinya. Mungkin Picka menemukan orang yang tepat, yang bisa menjawab semua pertanyaan seputar seperti apa Mamanya dahulu.

"Mama kamu," Kata Brayn begitu pelan, melihat Picka tidak bisa mengalihkan pandangannya dari selembar foto. Brayn ikut tersenyum kecil saat bibir gadis dihadapannya itu membentuk sebuah senyuman yang menyakitkan. Brayn bisa merasakannya, tangan mulus itu mengelus foto tersebut. "Foto itu saya ambil saat pertama kali kenal sama dia. Duduk seorang diri di sebuah kafe, cukup mencuri perhatian karena wajah cantik dan postur tubuh yang sempurna,"

Picka mengangkat wajahnya perlahan.

"Saya rasa kamu tidak perlu tahu seperti apa di dulu,"

Picka meletakkan foto itu kembali ke meja. "Kenapa? Kehidupannya sangat menyedihkan ya?" Picka tertawa kecil, hatinya teriris. "Kalau gitu, Om bisa cerita yang menarik saja, seperti apa Mama saya, bagaimana Om bisa mengenalnya,"

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang