Selain lapangan bola dan lapangan basket, lapangan basket indor menjadi tempat latihan pemandu sorak. Sebenarnya Picka lebih suka memboyong anak buahnya latihan di lapangan bola, sekalian cuci mata untuk melihat aktivitas Capta bersama anak pramuka lainnya, kadang juga mereka bermain bola membuat Picka lebih bersemangat.
Kali ini Picka tidak punya tempat, lapangan basket sudah di hak cipta oleh Arbi yang menjabat sebagai Kapten Basket tersebut. Dari dulu emang Arbi tidak pernah mengizinkan lapangannya di pakai oleh anak pemandu sorak, kecuali mereka sedang berdiskusi di dalam ruangan.
Hari ini Picka sedang berada di ruangan. Setelah memberikan wejangan berupa sepatah kata patah karena kemarin tim nya baru saja mengikuti sebuah perlombaan dan mendapatkan juara dua. Picka merasa bersalah karena tidak bisa bergabung atau hadir untuk menyemangati timnya. Maka dari itu ia memberikan sebuah hadiah berupa makan siang gratis untuk tim yang sudah bekerja keras.
Sekitar tujuh puluh lima burger baru saja di antar, mereka membagi sama rata. Tidak lupa berterima kasih pada Picka dan mereka berteriak yel-yel andalan sebelum makan.
"Perhatian! Nggak papa sambil makan aja, gue hanya mau bilang kalau sebentar lagi gue akan turun tahta, kalian pasti udah dengar itu. Yah lo semua tau lah, kelas tiga akan ujian. Buat semua kandidat baru aja sampai ke gue, kita akan pemilihan setelah pertandingan futsal minggu depan." Picka menutup diskusinya.
"Pic, ini sengaja lo pesan lebih ya?" Tanya Ayesha melihat masih dua kardus burger tersisa.
"Iya, buat anak pramuka sekalian," Kata Picka membawa kardus berukuran sedang. "Bantuin gue kasih mereka,"
Picka dan Ayesha berjalan menghampiri anggota pramuka yang sedang berdiskusi di bawah pohon. Kedatangan keduanya membuat heboh, pertama karena penampilan dan kedua karena makanan gratis. Penampilan tim pemandu sorak selalu membuat histeris.
"Ini yang buat gue nggak mau cepat lulus, kangen sama makanan gratis dari Pickachu," Kata Gail setelah Picka membagikan burger untuknya. "Makasih sayang,"
"Punya teman kayak gini aman hidup gue. Sama anggota tim nya aja perhatian apalagi sama doi," Kekan mengedipkan matanya pada Capta.
"Sayangnya doi nggak peka," Kata Picka menujukkan wajah sedihnya pada Kekan.
"Sabar Pic, batu aja bisa berlubang di tetesin air lama kelamaan. Masa hati nggak bisa ke buka di taburin cinta? Kalau iya berarti hatinya lebih keras dari batu,"
"Apa?"
"Baja." Kekan dan Picka menyatukan telapak tangan di udara seolah mereka adalah pasangan presiden dan wakil presiden. "Gue akan selalu di tim Captain Picka."
"Burger buat lo gue kasih dua."
"Thanks." Ujar Kekan terharu padahal itu adalah rencananya sejak awal ingin mendapatkan makanan lebih.
Melihat kelakuan temannya, Capta menggeleng pelan. Kemudian Picka beralih ke hadapannya. "Gue kenyang."
"Makannya tunggu laper aja nggak papa," Picka menarik tangan Capta memberikan sebungkus burger. "Nanti malam hadir ya di pesta gue,"
"Nggak."
"Gue jemput,"
"Gue bilang nggak."
"Biarin, gue jemput pokoknya," Picka menjulurkan lidahnya kemudian pergi meninggalkan Capta.
Kepergian Picka membuat Capta menghela nafasnya pelan, menatap burger di tangannya yang di ambil cepat oleh Kekan. "Buat gue aja kalau nggak mau," Kata Kekan mendengus pelan.
Capta tidak menjawab, membiarkan Kekan memakan miliknya.
"Dikasih rezeki itu nggak boleh di tolak," Ujar Rean menyindir Capta. "Gue sampai sekarang masih heran, Picka yang cantik di luar ekspektasi aja di anggurin, tipe lo tuh kayak gimana sebenarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAP
Teen Fiction"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus mengancam dirinya. Senyum dan tawa sebagai pengalihan. Saat ia mendekati lelaki hanya untuk sebuah perlindun...