Minal aidin walfaidzin semuanya 🙏
**
Langkah lebar disertai wajah tidak bersahabat, semua menyingkir memberi jalan untuk Picka. Seperti malaikat pencabut nyawa, diam membisu, karena wajah itu sudah lama tidak terlihat di wajah ceria seorang Picka. Kini mereka melihat lagi, betapa menakutkannya seorang Pickaella sebelum mengenal seorang Capta.
Picka masuk begitu saja ke kelas padahal sedang ada guru disana. Duduk di kursinya tanpa rasa bersalah. Pak Batih menggeleng pelan melihat sikap muridnya satu itu.
"Semua tas letakkan di meja," Perintah Pak Batih, semua mengikutinya.
"Lo kenapa?" Ayesha menyenggol lengan Picka.
"Kena sengatan lebah, sakit." Jawab Picka meletakkan tasnya di meja. Tersenyum kecil. "Ada apaan?"
Ayesha menghela nafas pelan. "Uang Kas sekolah hilang, katanya ada yang lihat seorang murid ngambil duit itu," Ayesha mendekatkan bibirnya ke telinga Picka. "Sepuluh juta." Bisiknya.
Picka mengangguk pelan, tidak tertarik untuk mengetahui siapa dibalik orang yang mencuri itu. Fikirannya kembali pada kejadian yang beberapa menit ia saksikan, sebenarnya Picka tidak marah pada Odie. Entahlah, Picka hanya tidak mau membahas hatinya sekarang. Kisah hidupnya saja berantakan apalagi hatinya. Picka rasa ia sudah di kutuk untuk menjadi orang paling sial di muka bumi.
Awal masuk sekolah, sebelum akrab bersama Ayesha dan Ella. Satu semester Picka cukup dekat dengan Odie karena keduanya sekelas. Sifat keduanya sama, keras kepala, suka seenaknya dan sedikit kelewatan, melawan dan berantem sama kakak kelas, bolos, dan berlangganan di panggil ke ruang kepala sekolah bahkan nyaris di keluarkan. Itu dulu, sebelum Picka tergila-gila pada Capta dan Odie melabuhkan hatinya pada Kayran, seorang mantan ketua Osis Pandawa.
"Kenapa?" Picka tersadar dari lamunannya, melihat Pak batih memegang tas clutch miliknya. Picka mengerutkan keningnya bingung. "Itu punya saya," Ujar Picka. "Itu emang punya saya." Katanya lagi.
"Kamu mencuri?"
"Mencuri apa?" Tanyanya tidak mengerti.
Pak Batih membuka isi tas tersebut membuat murid menutup mulutnya tidak percaya, terlebih tas itu di sertai lambang sekolah Pandawa. Padahal Picka ingat sekali tas miliknya ia beli dari brand terkenal.
"Tunggu, jadi bapak tuduh saya mencuri?" Semuanya bungkam. Picka berdiri. "Itu emang punya saya Pak."
"Tandanya kamu mencuri."
"Saya tidak mencuri, uang itu milik saya. Tapi tas itu bukan punya saya."
"Bagaimana bisa? Tas beserta uangnya ditemukan dalam tas kamu. Masih mau mengelak kamu?!" Kata Pak Batih meninggikan suaranya.
"Lo nggak pernah bawa cash," Gumam Ayesha mengerutkan keningnya.
Picka menoleh. "Oh jadi lo juga mau tuduh gue yang ambil duit itu?"
"Nggak Pic, tapi,"
Picka menepis tangan Ayesha. Ia menatap Pak Batih. "Saya nggak ngambil uang sekolah, uang itu punya saya."
"Tapi ini ada lambang Pandawa, selain nakal kamu juga sudah mulai mencuri sekarang?!"
"Bapak nggak tau siapa saya? Kalau saya ke sekolah jalan kaki bapak boleh tuduh saya, uang segitu nggak berarti apa-apa. Itu harga cuci mobil saya."
"Oh ya sudah kalau begitu. Apa yang harus di permasalahin? Kamu tinggal serahin uangannya."
"Tapi itu duit saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAP
Teen Fiction"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus mengancam dirinya. Senyum dan tawa sebagai pengalihan. Saat ia mendekati lelaki hanya untuk sebuah perlindun...