Bacanya nanti sambil dengerin lagu itu ya
**
Suara tembakan dua kali yang di keluarkan Arion membuat Xalio melepas semua atribut Tentara miliknya. Tanpa memikirkan bahwa ia akan di berhentikan tidak hormat, Xalio tidak perduli. Langkah kaki yang bergetar, kedua tangan mengepal mendorong tubuh Arion hingga keduanya jatuh kedalam jurang. Xalio mengambil alih pistol tersebut, sebelum keduanya jatuh kedalam air, Xalio berhasil menembakkan peluru ke perut lelaki itu.
Orang tua mana yang sanggup menyaksikan kematian anaknya sendiri. Xalio terhempas ke kedalaman beberapa meter dari permukaan laut. Ia mencari anaknya dengan harapan besar bisa ia temukan. Pelatihan yang selama ini Xalio jalani sangat berpengaruh sekarang.
Harusnya Xalio tahu betapa nekatnya Capta hanya untuk seorang Pickaella. Harusnya Capta sadar, bahwa di dunia ini ia masih punya keluarga yang menunggunya pulang.
Terjadi aksi pengejaran antara pihak kepolisian dan beberapa orang pengikut Arion. Sebuah helikopter muncul, turun menuju lautan dan mendarat disana. Keluar seorang lelaki yang tanpa basa-basi meloncat ke dalam air. Aksi penyelamatan terjadi. Banyak orang yang terjun ikut mencari dua anak tersebut.
Xalio mendapatkannya. Di pelukan air yang tenang, Capta tenggelam. Xalio berenang menghampirinya, memeluk anaknya kemudian membawanya ke permukaan. Dibantu oleh tim. Capta mendapatkan pertolongan pertama di sebuah helikopter. Kemudian helikopter itu terbang mengantarkan Capta ke daratan dimana ambulance sudah menunggu termasuk Kansa yang turun tangan.
Pencarian Picka masih di lanjutkan.
Disisi lain, tempat yang tidak pernah Picka datangi. Begitu tenang, begitu nyaman tanpa beban. Picka di rangkul begitu hangat, disambut begitu terbuka. Picka tidak ingin pergi dari kenyamanan itu. Cukup, Picka merasa cukup untuk semuanya. Ia ingin beristirahat sejenak dan tidur sedikit lebih lama. Picka ingin seperti ini selamanya, tidak ada suara. Sunyi.
Sebuah tangan kekar yang kuat menemukan Picka. Menarik tubuh itu mendekat ke pelukan . Ia melihat wajah Picka dengan kedua tangannya kemudian memeluknya seolah lama tidak bertemu.
"You look like to Livesey," Batin Romeo. Membawanya ke permukaan.
**
Suara monitor, tetesan air infus yang masih menyelimuti ruangan tampak rapih seperti biasanya. Ada sebuah bunga yang setiap hari di ganti oleh wanita cantik yang sengaja datang berkunjung. Bukan hanya menghiasi kamar bak kamar seorang princess, perlakuan yang di dapatkan pemilik kamar juga sama.
Membersihkan tubuh itu setiap harinya, memotong kuku, mewarnai kuku bahkan mengajaknya ngobrol seolah mereka sudah bertemu sangat lama. Alunan yang tenang, aroma ruangan yang menyejukkan, Aluna berharap bisa menenangkan gadis yang sudah tertidur satu bulan ini. Ruangan rumah sakit tempat Picka dirawat di sulap menjadi sebuah kamar seorang princess.
"Saya tidak membenci Mama kamu," Kata Aluna meniup kuku tangan Picka yang ia warnai. "Dan tidak ada alasan saya membenci gadis cantik seperti kamu."
Aluna melihat ponselnya yang bergetar, dari suaminya. Mengambilnya kemudian mematikannya.
"Memang, dulu saya marah. Tapi setelah saya fikir kembali, bukan Mama kamu yang salah sepenuhnya. Mengabaikan kejadian masa lalu, dia sahabat terbaik saya." Aluna tersenyum, meletakkan tangan Picka di sisi tubuh. "Suami saya sengaja menutupi keberadaan kamu. Mungkin maksudnya baik, tidak ingin saya ingat kejadian menyakitkan yang membuat saya terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN PICKA [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAP
Teen Fiction"Kamu kehidupanku," -Capta "Kamu kematianku," -Picka Tentang Picka, seorang remaja kelas tiga SMA yang hidup dalam bayang-bayang yang terus mengancam dirinya. Senyum dan tawa sebagai pengalihan. Saat ia mendekati lelaki hanya untuk sebuah perlindun...