21. Penyerahan

22.2K 1.9K 771
                                    

"Karena Tuan Putri nggak ada yang naik motor."

Terjadi kebisuan selama beberapa menit. Tatapan teduh yang di berikan oleh Capta membuat irama dan detak jantung Picka berdetak tidak karuan. Bisa Picka simpulkan bahwa tidak ada nada bercanda dari kalimat lelaki itu. Tidak ingin tenggelam dan semakin terlelap dalam dekapan Capta, Picka menyadarkan dirinya. Ia membuang wajahnya sambil tertawa keras. Melihat itu Capta mendengus pelan.

"Terus naik apa? Jalan kaki?" Tanya Picka menggoda di sela tawanya.

Capta berdiri dari tempat duduknya. "Terserah lo," Gumam Capta meninggalkan Picka.

Picka berlari menyusul Capta, melingkarkan tangannya di leher lelaki itu. Memeluknya dari belakang. "Dih ngambek, PMS pak? Bocor nggak? Gue punya satu nih, mau? Kalau masih bocor pake Nip*n paint aja,"

Capta berdecak pelan, menyingkirkan tangan Picka di lehernya. Bukan melepaskan, Picka mengeratkan pelukannya dan meloncat naik ke punggung lelaki itu. Keduanya tertawa, Capta memukul lengan Picka karena merasa tercekik. Picka mengaitkan kedua kakinya ke depan, menguyel wajah Capta.

"Berat,"

"Masa sih?"

"Iya." Jawab Capta bercanda, ia terus melangkah menuruni tangga. Picka seperti anak koala yang bergelantungan di pohon. Mencubit pipi Capta, menutup hidung dan matanya.

Tawa keduanya segera menghilang saat melihat seorang perempuan yang sudah berdiri di ujung tangga. Picka melompat turun. Merapikan penampilannya. Ia menatap Ibel sebentar kemudian berjalan meninggalkan Capta memberikan ruang untuk dua orang itu.

Capta dan Ibel sudah berada di ruangan kelas yang kosong. Keduanya duduk di kursi yang terpisah. Terjadi kebisuan yang sangat lama. Sampai akhirnya Ibel menghembuskan nafasnya, menoleh pada Capta.

"Dia Picka?" Capta hanya berdeham. "Jadi kalian punya hubungan special sebelum lo pacaran sama gue?

"Nggak,"

"Terus? Kalau iya juga nggak papa, kalau emang lo punya perasaan, kenapa lo mau waktu gue ajak pacaran? Lo pikir gue ngemis perasaan sama lo? Nggak bisa seenaknya dong, Al," Kata Ibel begitu pelan dan lembut.

"Sory,"

Ibel mengusap wajahnya. Sakit rasanya. "Gue udah sayang banget sama lo," Gumam Ibel mengusap air matanya. "Lo nggak bisa perlakuin gue kayak gini," Capta menoleh sebentar. "Percuma Al kita jalin hubungan tapi hanya gue yang memperjuangkannya. Lo fikir gue main-main? Bayangan gue sama lo itu udah jauh. Lo hancurin mimpi gue."

Capta memejamkan kedua matanya.

"Gue nggak mau putus," Ujar Ibel pelan, menutup wajahnya dengan telapak tangan. "Nggak mau Al,"

Capta membiarkan Ibel menangis terlebih dahulu, setelah perempuan itu sedikit tenang. Ia berkata. "Gue sama lo udah nggak ada kecocokan, setelah kita jalanin kurang lebih dua minggu, kita hanya cocok sebagai teman, karena sebenarnya gue emang nggak pernah suka sama lo Bel, tapi kemarin gue serius sama lo." Lanjut Capta dalam hati. "Sory buat semuanya,"

"Lo nggak mikirin perasaan gue," Ibel sesenggukan. "Lo tau, waktu lo bilang suka waktu di bandara waktu itu, tiap hari gue berantem sama Papa minta balik ke Indonesia agar bisa dekat sama lo. Sekarang kita udah dekat tapi kenapa perasaan itu berubah Al? Belum genap tiga tahun kita pisah lo udah suka sama perempuan lain,"

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang