35. Double date

20.2K 1.9K 394
                                    

"Indah sekali pemandangan angka di rapor ini," Kata Anin takjub melihat deretan angka menghiasi rapor Picka. "Waw! Nggak ada di atas lima puluh ya,"

"Sebenarnya saya sudah lama ingin berbicara pada wali dari Picka,"

Anin menutup rapor tersebut. Menyandarkan punggungnya ke belakang. "Keluarga kita sangat sibuk,"

"Dilihat dari semua nilai Picka, kemungkinan Picka tidak bisa mengikuti ujian nasional. Terlebih ia sering membuat masalah di sekolah,"

"Saya tau dia bodoh," Anin tersenyum kecil, menoleh pada Picka yang duduk di sampingnya. "Makanya kalau Tante suruh belajar ya belajar! Jangan pacaran terus!"

"Tante juga pacaran terus." Balas Picka sengit kemudian menjulurkan lidahnya.

"Di bilangin ngelawan." Anin berdecak pelan, ia berdeham menghadap wali kelas Picka. "Saya tidak bisa lama, mana yang perlu saya tanda tangan? Nanti saya beri pelajaran keponakan saya di rumah. Kalau bisa disuruh ngulang aja, kelas enam SD."

Sebenarnya masih banyak yang ingin di sampaikan wali kelas, tampaknya wali Picka terlihat sangat sibuk. Lebih tepatnya Anin tidak ingin berada lama di dalam sana.

"Sini ikut tante, bisa-bisanya kamu pacaran dan buat nilai jadi jelek!" Anin menarik telinga Picka sambil berjalan keluar ruangan guru seperti emak-emak memarahi anaknya. Semua yang berdiri di koridor menyingkir untuk memberi jalan. "Bukan muka kamu saja yang jelek ternyata. Otak kamu juga sangat jelek!"

"Akh, Akh," Picka meringis kesakitan, membungkuk mengimbangi Anin yang menarik telinganya.

"Tante akan hukum kamu. Mau jadi apa kamu di masa depan!"

"Heh, lepas," Picka memukul tangan Anin.

"Udah di sekolahin bukannya belajar yang benar! Kerjaan kamu hanya beli somay di kantin!"

"Sakit tolol!"

Setelah kondisi aman, Anin melepaskan tangannya di telinga Picka. Keduanya sudah berada di parkiran. Picka dan Anin saling berhadapan secara tengil.

"Sakit goblok," Picka mengusap telinganya yang memerah. Sialan.

"Dih, tolol banget lo ternyata," Anin tertawa mengejek, membuka kembali rapor Picka yang ia bawa kemudian sepuas hati mengejek perempuan itu.

"Emang lo pintar?" Tantang Picka, kedua tangannya berada di pinggang.

Anin menurunkan sedikit kacamatanya, melempar rapor miliknya yang ia bawa dalam tas. Picka refleks menangkapnya.

"Nama lengkap, Pickaella. Jenis kelamin, ganda. Nilai sejarah, 4. Matematika 2, bahasa Indonesia 3-" Anin menutup rapor Picka. "Wtf! Nilai anak TK aja nggak ada yang gini!"

"Iyalah, TK nilainya pake ABC golbok!" Picka membuka rapor Anin, ia melihat foto jelek di depan rapor tersebut. Picka tertawa.

"Kenapa lo ketawa?"

"Foto lo kek monyet,"

"Lo kayak model majalah dewasa!" Anin tertawa terbahak sambil menunjukkan foto Picka.

"Pintar juga lo," Picka menganggukkan kepalanya, nilai Anin cukup bagus. Selalu mendapat peringkat tiga besar. "Tapi sayang, masih cantik gue,"

"Percuma cantik nggak ada isi," Anin merebut rapor miliknya dan memberikan rapor Picka. "Lo kebanyakan loncat jadi otak lo turun ke kaki,"

Picka melipat tangannya di dada. "Terus lo ngapain disini? Gue nggak minta lo datang terus menyamar jadi tante-tante girang. Lo pasti mau cari mangsa anak SMA,"

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang