4:: Kesepakatan

128 11 0
                                    


And when you're gone i feel incomplete
So if you want the truth?
I just wanna be part of your symphony
Will you hold me tight and not let go

(Symphony-Clean Bandit ft Zara Larsson)
🔸🔸🔶

Happy reading!

Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh siswa SMA Cakra Bangsa berhamburan keluar dari kelasnya. Cuaca sore ini cerah, tapi tidak dengan suasana hatinya Saffa. Saat ini cewek itu sedang menyembunyikan wajahnya diatas meja diantara kedua tangannya.

Saffa masih teringat kejadian tadi di toilet, dia malu, sangat malu. Kenapa dia begitu ceroboh sampai-sampai keceplosan bilang kalau ia sedang memperhatikan Adrian.

"Ayo Saff, pulangg.. Bu Sri udah keluar dari tadi, tuh." ujar Natali geram

"Nggak mau! Gue mau pulang kalo sekolah udah sepi." Saffa belum mengubah posisinya. Ia malu sampai rasanya enggan menunjukan wajahnya.

Natali berdecak lalu menepuk bahu Saffa pelan, "Lo kalo mau balik pas sekolah sepi nanti tuh jam delapan malem! Udah ayo, ah." Natali menarik Saffa, cewek itu mengalah dan akhirnya mengikuti langkah temannya itu.

Kalau mengingat kejadian tadi, rasanya Saffa ingin pulang ke rumah dan menaruh wajahnya di bawah bantal.

Saat masih di depan toilet.

"Eh?!"

Saffa refleks menutup mulutnya. Kalimat yang ada dipikirannya meluncur mulus begitu saja saat Adrian masih ada di depannya.

Aslan yang melihat kecerobohan Saffa tertawa terbahak yang membuat Saffa menunduk malu, "Hahaha, polos banget jadi cewek. Yan, gimana tuh?"

Cowok yang sedang memasukan tangannya kedalam saku itu hanya tersenyum simpul, lalu melangkah pergi meninggalkan Aslan yang masih terbahak dan Saffa yang tertunduk malu.

Begitu Adrian sudah menghilang Saffa langsung menyemprot Aslan tanpa ampun, "ISH! LO SIH, KAK?! JADI KECEPLOSAN KAN GUE. LO TAU NGGAK SIH KAK RASANYA?! MALU."

Aslan malah terkekeh lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lagian lo lucu. Bisa-bisanya keceplosan gitu. Kan gue jadinya ngakak."

Saffa menatap Aslan tajam yang membuat cowok itu langsung menghentikan tawanya,

"Lo jahat." ujarnya, lalu cewek itu pergi melewati Aslan begitu saja.

"Saffa! Woi! Saff," panggil Aslan namun Saffa sama sekali tidak mendengarnya, rasa bersalah melanda Aslan saat melihat mata Saffa memerah, apakah cewek itu menangis karenanya? Itu tidak boleh. Aslan harus tanggung jawab.

Natali keluar dari toilet perempuan saat mendengar teriakan Aslan, Cewek berambut lurus itu menghampiri Aslan yang masih terdiam di posisinya.

"Kak? Ada apa? Saffa kenapa?!"

Aslan hanya mengangkat bahunya lalu pergi, meninggalkan Natali yang kebingungan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Mengingat kejadian tadi membuat kepala Saffa menjadi pusing, ingin rasanya cepat-cepat sampai rumah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur biru miliknya yang empuk.

"Saff gue duluan ya, udah di jemput Rahman." Suara Natali membuyarkan lamunannya, Saffa hanya mengangguk sebagai respon.

"Jangan dipikirin. Nanti juga bakal berlalu, kok. Sekarang lo pulang, terus langsung istirahat. Nggak usah mikir yang enggak-enggak! Oke?" Natali tersenyum lalu mengusap puncak kepala Saffa.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang