30:: Happy Birthday!

99 5 9
                                    

I haved love you since we were eighteenLong before we both thought the same thingTo be loved, and to be in lovedAll can do is say, that these arms were made for holding youI wanna love, like you made me feel when we were eighteen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I haved love you since we were eighteen
Long before we both thought the same thing
To be loved, and to be in loved
All can do is say, that these arms were made for holding you
I wanna love, like you made me feel when we were eighteen

(18- One Direction)

🔸🔸🔶

Happy reading!

Adrian tersenyum ramah pada seorang pelanggan yang baru saja mengucapkan terimakasih kepadanya. Pelanggan itu meninggalkan toko, menimbulkan suara dentingan lonceng yang berasal dari pintu kaca toko.

Najwa menatap lelaki muda yang berdiri di dekat pintu tanpa berkedip. Ia berpikir, bagaimana bisa kakaknya yang cerewet, galak, dan judes itu di kelilingi oleh laki-laki tampan nan rupawan?

"Kakak Cakep kenal Kak Saffa dari mana?" tanya Najwa dari balik mesin kasir tokonya.

"Kamu nanya Kakak?" Adrian malah bertanya balik, karena Najwa tidak memanggil namanya.

"Yaiyalah! Kan sekarang tinggal aku sama Kakak Cakep disini." Najwa menggerutu sendiri. Adrian terkekeh, sifat blak-blakan Saffa menurun pada adiknya yang manis ini.

Adrian menghampiri Najwa, berdiri di depan mesin kasir dan berkata, "Saffa junior Kakak di eskul PMR."

"Oohh, sama kayak Kakak Ganteng, dong?"

Cowok itu mengernyit, ada seseorang dengan panggilan aneh lagi yang diciptakan oleh adiknya Saffa ini. "Kakak Ganteng?" tanya Adrian.

"Iya, kak Aslan! Kakak Cakep kenal, nggak?"

"Iya kenal, dia teman Kakak."

Najwa menganggukan kepala mendengar jawaban teman kakaknya, keduanya saling diam, Adrian yang sibuk dengan ponselnya dan Najwa masih asyik memandangi tiap pahatan wajah milik Adrian.

Tampan memang, baik, namun membosankan. Najwa mendengus, ia kira ditinggal berdua oleh Bunda dan Kakaknya dengan lelaki muda ini akan menyenangkan. Tapi ternyata, Adrian tidak membuka lebih banyak obrolan dengan adiknya Saffa ini.

Sementara di dapur milik kediaman Aleyski, Saffa dan Merisa tengah sibuk berkutat dengan bahan-bahan kue. Sebenarnya, hanya Saffa yang membuatnya, Merisa hanya melihat anak sulungnya bekerja, sesekali wanita itu mengintrupsi jika Saffa kurang atau lebih menambahi bahan ke dalam adonan.

"Bunda, masih ada stoberi, 'kan?" tanya Saffa dengan suara keras, takut Merisa tidak mendengarnya karena ia sedang mengaduk adonan dengan menggunakan mixer.

"Masih ada, untuk topping?"

Saffa mematikan mixer ketika adonan kuenya sudah tercampur rata, "Iya terus nanti diatas kuenya juga ada parutan coklat. Aslan suka coklat sama stoberi tahu, Bun."

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang