7:: Aslan Singa Pelindung

126 13 2
                                    

Tak apa jika harus terluka demi melihat orang yang dicinta tersenyum bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak apa jika harus terluka demi melihat orang yang dicinta tersenyum bahagia.

Aslano Xavier

Happy reading...

"Ini kita sebenernya mau kemana, sih?" tanya Saffa, kini mereka berdua tengah berada diatas motor matic hitam milik Aslan, keduanya sepakat bolos sekolah namun dengan embel-embel sakit dan nitip absen pada teman sekelas mereka.

Aslan membawa Saffa masuk kedalam sebuah jalanan, pertama mereka disambut oleh hamparan rerumputan yang luas dan banyak sapi-sapi yang sedang menikmati rumput-rumput segar disana. Lalu mereka melewati rumah-rumah sederhana yang berjejer rapi, tak banyak. Mungkin belasan. Banyak pepohonan dan bunga dipinggir jalanan. Sangat asri, Saffa menikmati setiap perjalanan yang mereka lalui.

Kini Saffa tidak peduli pertanyaannya tidak dijawab oleh Aslan, cewek itu sibuk memandangi pemandangan yang ada didepan matanya,

"Jalannya mau lama apa cepet aja, nih?" tanya Aslan, matanya melirik kaca spion yang sengaja diarahkan agar bisa melihat gadis beriris hitam legam itu.

"Pelan aja, mau nikmatin pemandangannya dulu."

"Yah tapi udah mau nyampe,"

"Kalo gitu kenapa nanya?!"

Aslan menahan tawanya didepan, cowok itu membelokkan motornya ke sebuah rumah bercat kuning. Rumah yang sangat sederhana, namun terlihat sangat memukau karena dihalamannya dipenuhi berbagai macam bunga-bunga. Ada mawar, bougenville, anggrek, matahari, dan lain-lain. Disana ada juga kolam ikan kecil yang diisi berbagai macam ikan mas koki yang berwarna-warni. Saffa sangat menyukainya.

"Ini rumah siapa, kak?" Saffa turun dari motornya matanya menatap sekeliling, tak sadar kalau Aslan tengah membukakan tali helm yang merekat dikepalanya, lantas mencopot helm biru, lalu merapihkan rambut Saffa yang sedikit berantakan.

"Rumah nenek gue. Minggu ini gue belum ngunjungin dia."

"Ohh, oke."

"Gakpapa kan, Saff, gue ajak kaburnya kesini?"

Saffa tersenyum lalu menggeleng,
"Gakpapa," justru ia malah sangat senang dibawa ketempat yang sangat indah ini. Memanjakan matanya sejenak dari buku-buku dan juga layar ponselnya. Dari pada diajak kabur ke mall untuk nonton bioskop atau makan di restaurant terkenal, justru tidak menjamin Saffa akan sebahagia sekarang.

Aslan mengetuk pintu tua bercat putih itu, butuh beberapa kali ketukan barulah dibuka oleh penghuninya. Seorang wanita yang sudah berumur setengah abad itu muncul dari ambang pintu, rambut putihnya disanggul rapi, kacamata dengan bingkai emas bertengger indah di hidung mancungnya. Kulitnya sudah mengeriput, ia mengenakan daster berwarna kuning. Rupanya nenek ini suka warna kuning, pikir Saffa.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang