15:: Dia Kembali

90 7 1
                                    

Why, did you leave me here to burn?
I'm way tou young to be this hurt
I feel doomed in hotel rooms
Staring straight  up at the wall
Counting woods and i'm tryin' numb them all

(Camila Cabello-I have question)


Happy reading!

Puluhan buku-buku terjejer rapi di atas rak, aroma khas buku-buku menyeruak ketika Saffa membuka pintu perpustakaan sekolahnya. Sepi, hanya ada pustakawan yang sedang membaca buku ensiklopedia tebal yang tidak ingin Saffa sentuh sedikitpun.

"Permisi, Pak. Saya mau ambil buku ekonomi disuruh sama bu Heni." izin Saffa sopan pada pak Bayu, guru gemuk berkacamata itu melihat Saffa sekilas lalu berkata,

"Ya, tulis nama kamu dan jumlah buku yang kamu ambil."

"Siap, pak!"

Saffa mulai menyusuri rak-rak yang berisi buku kelas 11, siang itu ia di suruh bu Heni mengambil buku paket ekonomi yang akan di pakai kelasannya. Karena Saffa mengambil jurusan IPA, buku paket ekonomi tidak di pinjamkan oleh pihak sekolah, hanya anak IPS yang dipinjamkan.

Jumlah siswa kelasan Saffa adalah 30, bayangkan ia harus membawa 30 buku tebal sendirian menuju ke kelasnya, "Kejam banget tuh guru gendut! Orang cuma tidur sebentar juga," gerutu Saffa sambil menumpuk puluhan buku diatas tangannya.

Ia berusaha mengangkat tumpukan buku itu, dan berjalan tergopoh menuju pintu keluar. "Ma-makasih, p-pak!" ujarnya pada pak Bayu yang hanya dibalas gumaman oleh guru itu.

Baru beberapa langkah ia keluar dari perpustakaan, tumpukan buku itu jatuh dari tangannya membuat Saffa mendenguskan nafas kesal. "Arghh!!! Nyusahin banget!!"

"Sini aku bantu,"

Seseorang tiba-tiba berjongkok di depan Saffa yang tengah jatuh terduduk, Adrian merapihkan buku tebal ekonomi yang berserakan di lantai.

"Ini mau dibawa ke mana?" tanya Adrian, yang sudah berdiri dengan tangan penuh dengan buku-buku yang saling bertumpukan.

"Kelasku kak."

"Siap, nyonya!"

Saffa tertawa, lalu keduanya berjalan beriringan menuju kelas Saffa yang terletak di lantai dua. Saat berjalan menuju ke kelasnya, Saffa membuka pembicaraan agar tidak terasa canggung diantara mereka.

"Makasih ya, kak. Gak tau deh kalo ga ada kakak tanganku bisa-bisa patah di jalan."

"Hei ga boleh ngomong begitu. Gak apa-apa, kebetulan kakak lagi free, kok."

"Kakak ga ada kelas?" tanya Saffa yang heran mendengar Adrian free padahal waktu masih kegiatan belajar mengajar.

"Nggak ada, pak Arifin gak masuk. Jadi aku jalan-jalan aja cari angin."

"Cari angin malah ketemunya aku ya, kak? Hahaha..."

"Hehehe.. Iya bagus malah bisa sekalian bantu kamu."

Adrian mengibaskan poninya kesamping membuat Saffa tertegun sesaat karena melihat wajah Adrian yang terlihat jauh lebih tampan saat berkeringat.

"Berat ya, kak? Ka Adrian sampe keringetan begitu." ujar Saffa yang merasa tidak enak karena telah menyusahkan orang lain.

"Ngga kok. Oh iya, kok kamu bawa buku sebanyak ini sendiri? Emang gak ada yang bantuin?" tanya Adrian yang heran melihat Saffa membawa tumpukan buku sebanyak ini sendirian.

Saffa menghembuskan nafas kesal, lalu menjawab, "Gak ada yang boleh bantuin aku sama bu Heni gendut! Gara-gara aku ketiduran di kelas karena sebelumnya pelajaran pak Beni. Eh dia masuk terus liat aku yang lagi tidur, terus aku di suruh bawain buku paket ekonomi sendiri tanpa boleh ada yang bantuin." ujar Saffa menggebu-gebu.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang