16:: Ayah

90 8 1
                                    

I know you been here before
I've been waiting, i've been patient
But i need a little bit more.

(Fifth Harmony- Don't say you love me)


Happy reading!

"Selamat sore, perkenalkan, saya Ayahnya Saffa."

Mata tajam Aslan membelalak mendengar pernyataan yang di lontarkan laki-laki di hadapannya. Aslan menoleh kebelakang melihat Saffa, tubuh gadis itu bergetar hebat. Tak ingin lama-lama melihat Saffa tersiksa seperti itu, Aslan langsung merangkul Saffa dan berbalik hendak pergi meninggalkan Ayah Saffa.

"Tunggu sebentar, saya mengerti kalau kamu mengetahui apa yang terjadi antara saya dan Saffa. Tapi, saya hanya ingin bicara sebentar dengan putri saya." ujar Hamish--ayah Saffa.

Ucapan Hamish membuat Aslan berhenti, ia tidak punya hak membawa Saffa pergi begitu saja dari ayahnya. Tapi bagaimana perasaan Saffa?

"Hanya sebentar." Hamish menunduk, ia sangat merindukan putrinya yang telah lama ia tinggalkan itu. Ia rindu memeluk tubuh kecil yang sedang bergetar di samping lelaki bertubuh tinggi yang sangat dingin padanya.

"Gimana, Saff?" Aslan bertanya pada Saffa, gadis itu mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia sembunyikan di balik rambutnya,

"Gue gak mau ngomong sama dia, Lan. Bawa gue pergi." jawab Saffa, mendengar jawaban Saffa yang lebih terdengar seperti lirihan, rasanya Aslan ingin segera membawa Saffa pergi menjauh dari laki-laki di belakang mereka sekarang. Tetapi yang membuat Aslan bimbang, laki-laki berkemeja dongker itu adalah ayahnya Saffa, Aslan harus menghormatinya.

"Tapi, Saff. Dia ayah lo. Dia mungkin cuma pengen ngobrol atau sekedar nanya kabar lo."

"Gue gak mau, Aslan! Cepetan bawa gue pergi. Gue gak mau ngeliat dia lagi!" racau Saffa, Aslan menghembuskan nafas, diliriknya Hamish yang sedang menatap kearah mereka dengan tatapan penuh harap. Membuat Aslan menjadi tak tega.

"Saffa, biar bagaimanapun dia adalah bokap lo."

"Bukan. Seorang ayah gak akan tega ninggalin keluarga kecilnya demi jalang televisi hiburan!" ujar Saffa sarkas,
Aslan meringis mendengarnya, ternyata Saffa memang sebegitu benci dengan ayahnya. Aslan lalu menegur gadis itu karena perkataan yang di lontarkannya sudah kelewatan.

"Saffa..."

"Memamg ayah pantas kamu benci, Saffa. Tapi tolong biarin ayah bicara sebentar sama kamu. Ayah rindu sama putri kecil ayah yang suka nyanyi kalo hujan turun dulu." Hamish berkata, Saffa berdecih di tempatnya, bisa-bisanya laki-laki itu mengingat kejadian yang sudah lama Saffa kubur dalam ingatannya.

"Bawa gue pergi, Aslan." ucap Saffa tak menggubris Hamish.

Mungkin tuhan akan menghukumku karena aku membenci ayahku. Tapi, apakah pantas aku masih menyayangi seseorang yang dulu aku sebut pahlawan? Seorang pahlawan yang mengkhianati keluarganya sendiri?  Batin Saffa,

Ditariknya lengan Aslan agar mereka bisa menjauh pergi dari Hamish. Namun Aslan menahan kakinya, yang membuat Saffa menatap tajam kearahmya.

"Kasih ayah lo kesempatan, Saff."

"Lan..."

"Gue janji gak akan ninggalin lo." Aslan berujar mantap, dipegangnya kedua bahu gadis itu untuk menyalurkan kekuatannya. Biar bagaimanapun Saffa harus belajar menghormati orang yang lebih tua darinya, apa lagi itu adalah ayahnya sendiri. Dan juga, Saffa harus belajar memaafkan ayahnya.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang