41:: Bom Waktu

32 2 0
                                    

Even when we know is wrongBeen somebody better for us all alongTell me, how can we keep holding on, holding on tonight?'cause we scared to be lonely

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Even when we know is wrong
Been somebody better for us all along
Tell me, how can we keep holding on, holding on tonight?
'cause we scared to be lonely

(Scared to Be Lonely - Martin Garrix ft Dua Lipa)

🔸🔸🔶

"Selamat datang! Wah udah lama ya kalian nggak mampir ke sini."

Suara riang pelayan wanita dengan topi pelaut menyambut Aslan dan Saffa di kedai es krim favorit mereka. Sore itu lumayan ramai oleh para anak muda yang juga tengah menikmati es krim di kedai itu.

Saffa tertawa mendengarnya, "Iya nih, kemarin soalnya aku nggak ditemenin dia jadinya nggak di traktir es krim deh."

Aslan menggelengkan kepalanya mendengar ucapan gadis bersurai hitam legam itu, sementara si pelayan tertawa renyah lalu mengarahkan Saffa dan Aslan ke meja yang kosong.

"Cepet pilih, nanti gue yang bayar." ujar Aslan, laki-laki itu menyisir rambut cokelatnya yang mulai memanjang ke belakang dengan jemarinya. Ia harus segera memotongnya kalau tidak mau berurusan dengan Pak Edi--guru BK SMA Cakra Bangsa.

Saffa buru-buru mengangguk, ia pun segera membolak-balikkan buku menu dengan mata berbinar, Aslan tersenyum memperhatikannya.

Kedai itu banyak berubah selama beberapa minggu Saffa dan Aslan tidak mengunjunginya, mereka menambahkan beberapa menu yang salah satunya menarik perhatian Saffa, yaitu kombinasi es krim dengan waffle gadis itu dengan segara memesannya disusul dua es krim lainnya yang ia pesan.

"Kok pesen tiga?" protes Aslan begitu Saffa menyebutkan pesanan mereka pada pelayan wanita yang menyambut mereka tadi.

"Gue emang biasa pesen tiga, 'kan? Lagian hutang lo sama gue belum lunas."

Aslan melipat dahinya bingung, "Bukannya udah? Es krim yang gua titipin ke Jean waktu itu."

"Belum tuh, lo nggak ngasih secara langsung ke gue artinya belum lunas."
Aslan menghembuskan nafasnya keras-keras, pasrah pada gadis yang sekarang tersenyum penuh kemenangan itu. Lagi-lagi Saffa berhasil membuat Aslan tak bisa melarangnya soal es krim, kalau dengan Adrian, Saffa tak pernah bisa menang.

Saffa memperhatikan Aslan yang sekarang tengah sibuk berbalas pesan dengan kakaknya--tadi cowok itu sempat bilang padahal Saffa sama sekali tidak bertanya, laki-laki dengan tubuh tinggi dan rambut cokelat acak-acakkan itu mudah sekali mengalah padanya, Saffa jadi berpikir kelak yang akan menjadi pacar seorang mantan ketua eskul PMR ini sangatlah beruntung memilki Aslan yang begitu mengerti perasaan seseorang, pendengar yang baik, juga pelawak yang tidak begitu buruk.

"Lagi-lagi ngelamun ngeliatin gue, lagi mikirin kenapa dulu nggak suka sama gue dan malah suka sama Adrian?" seru Aslan santai yang langsung mendapat lemparan tisu yang sudah lebih dulu Saffa bulatkan.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang