25:: Berdamai Dengan Keadaan

98 5 4
                                    


Tidak ada salahnya berdamai dengan keadaan. Selama kita bersahabat dengan keadaan, keadaan akan berdamai dengan kita.

🍁🍁🍁


Jangan lupa Vote dan Komentar ya!

Udah?

Oke.

Happy reading!

Kelas XI IPA tiga terlihat sunyi, padahal seluruh siswa lengkap berada di dalamnya. Bu Pita berdiri di depan papan tulis, memperhatikan para siswa yang sedang menunduk mengerjakan ulangan harian biologi. Tak ada seorang pun yang berani menoleh ke kanan maupun ke kiri. Sebab, jika mereka melakukan itu mata bu Pita langsung mengarah kearahnya, dan menghampiri siswa yang melakukan hal tersebut.

Tentu saja tidak ada yang berani.

Natali terlihat menggaruk kepalanya frustasi. Bahkan Putra si gitaris kelasannya itu menggigit-gigit pensilnya hingga benda kayu itu keropos. Siswa yang lain tak jauh berbeda, ulangan biologi yang terdapat 50 soal membuat kepala mereka panas. Lain halnya dengan Saffa, gadis itu anteng-anteng saja mengerjakan soal yang membahas tentang makanan dan sistem pencernaan.

Suara nyaring dari bel sekolah berdering. Bu Pita menintrupsi kepada para siswanya untuk langsung mengumpulkan kertas ulangan mereka. Setelah semua kertas ulangan sudah terkumpul, bu Pita mengucapkan terimakasih, lalu berlalu keluar. Jean, yang dari sejam lalu berada di luar berlari masuk ke dalam menghampiri Saffa. Cowok itu kebagian sesi pertama, sementara Saffa kedua.

"Gimana, Saff? Lancar?" tanya cowok itu, kini bangku milik Via yang berada tepat di depan meja Saffa ia kuasai.

"Lancar dong!" jawabnya bersemangat, setelah menangis tersedu-sedu hingga mata sembab tak membuat perempuan itu sedih berlarut-larut. Ulangan harian biologi menjadi pelarian dari rasa sedihnya.

"Oh iya, Saff, pertanyaan yang 'Tempat penyimpanan sementara makanan yang sudah di telan.' itu lo jawabannya apa?"

"Oh, tentang hewan ruminansia. Gue jawabnya Rumen."

"Loh, gue jawabnnya Omasum, anjir!"

Natali merotasikan bola matanya mendengar obrolan dua orang didekatnya ini. Ia bangkit dari duduknya dan berlalu ke samping Putra yang sedang memainkan gitar kesayangannya, lebih baik ia tertidur sambil mendengarkan petikkan gitar Putra yang merdu dari pada mendengar obrolan Saffa dan Jean yang me-review soal ulangan biologi tadi.

Prinsip Natali itu, hafalkan, kerjakan, lalu lupakan.

Kembali kepada kedua orang yang sedang asyik membicarakan hewan ruminansia. Saffa terkekeh mendengar jawaban Jean, "Omasum itu fungsinya, membantu proses menghaluskan makanan secara kimiawi yang dibantu kelenjar enzim dan mengurangi kadar air. Ngaco lo, padahal sebelumnya kita hafalin bareng soal fungsi bagian lambung hewan ruminansia."

"Ya gue kan gak kaya lo, yang hafal di luar kepala soal beginian." seru Jean, lalu memukul buku biologi milik Saffa yang tergeletak tak bersalah di atas meja gadis itu.

Saffa langsung memukul tangan Jean membuat cowok itu meringis, "Buku tu jembatan ilmu, tak bolehlah pukul-pukul!" Saffa menirukan gaya bicara salah satu tokoh kartun yang suka Najwa tonton ketika sepulang sekolah. Jean menahan tawanya, lalu mengubah raut wajahnya menjadi minta di kasihani.

"Iya Opah, maafkan Upin," Cowok itu pun menjawab dengan menggunakan gaya bicara Upin--tokoh kartun anak botak asal Malaysia.

"Kurang ajar gue dibilang Opah!"

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang