28:: Cold Around You

117 6 4
                                    

And i tend to close my eyes when it hurts sometimes I fall into your armsI'll be safe in your sound till i come back aroundFor now the day bleeds Into the nightfallAnd you're not here

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And i tend to close my eyes when it hurts sometimes
I fall into your arms
I'll be safe in your sound till i come back around
For now the day bleeds
Into the nightfall
And you're not here.

(Someone You Loved- Lewis Capaldi)

🔸🔸🔶

Suara petikkan gitar mengalun indah diiringi nyanyian merdu milik seorang cowok yang tengah duduk bersandar di bangku yang berada di balkon kamarnya. Ia bernyanyi sambil mentap lurus-lurus ke depan, yang jelas-jelas tak ada objek yang menarik untuk di pandang.

Lagu What Am I milik Why Don't We menjadi pilihannya untuk dinyanyikan malam itu setelah mengerjakan soal SBM yang memusingkan kepala. Suara berat yang di padukan dengan permainan gitar yang pelan membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan terpaku menatap dirinya.

Tell me, have you seen a sunset
Turn into a sunrise, kiss right trough the night
'Cause we should try a sometime
Hold you 'till a 'mornin
And if i said i'm fallin
Would you just reply?
I know you are, but what am i?

Lirik yang pas, untuk seorang Aslan. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi cowok jangkung itu masih asyik di balkon seraya bernyayi pelan, agar tidak terlalu mengganggu tetangga sekitar.

Aslan menoleh kala pintu balkonnya yang terbuka setengah itu menjadi melebar, tak berapa lama timbul seorang cowok berambut rapih dengan pakaian santainya. Aslan kembali fokus kepada gitarnya, tak menghiraukan Adrian yang kini duduk di bangku satunya. Kini mereka hanya di pisahkan oleh meja kecil yang diatasnya terdapat, susu putih hangat dan setoples kukis.

"Bukannya belajar, malah nyanyi malem-malem gini, Lan." tegur Adrian, sementara matanya fokus menatap layar ponselnya. Sepertinya cowok itu tengah bertukar pesan dengan seseorang.

"Udah belajar tadi. Jenuh gue," sahut Aslan, lalu meminum susu putihnya hingga tandas.

"Gue juga udah belajar, lagi pengen main aja kesini."

"Gue nggak nanya perasaan."

"Ngasih tau, anjir!"

Aslan menarik kedua sudut bibirnya, iris coklatnya menatap langit-langit yang kala itu cerah. Bintang bertaburan di langit malam yang membentang, bulan sabit pun turut menghiasi malam. Untuk sejenak, Aslan melepaskan penatnya setelah mengerjakan 100 soal SBM dengan bermain gitar.

Biar bagaimanapun juga, Aslan ingin melanjutkan studinya ke jenjang perkuliahan negeri. Maka dari itu, minimal seratus soal sehari yang di kerjakan oleh Aslan. Impiannya tidak mudah, bahkan mungkin sangat berat.

Dokter. Alasan Aslan ingin mengambil jurusan yang terkenal sangat sukar itu karena dari kecil ia memang mengidolakan ayahnya yang seorang dokter spesialis jantung. Bedanya, Aslan ingin menjadi Dokter spesialis saraf. Tidak ada tuntutan dari Papa dan Mamanya. Mereka membebaskan Aslan memilih jalan lelaki itu sendiri, namun Aslan memilih untuk melanjutkan impiannya sejak kecil, yaitu menjadi seorang dokter.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang