I've never had the words to say
Now i'm asking you to stay
For a little while inside my arms
And as you close your eyes tonight
I pray you will see the light
That's shining from the star above( More Than This- One Direction)
🔸🔸🔶
Gadis bersurai hitam legam itu menyesap kopinya perlahan, dahinya mengernyit merasakan sensasi pahit serta manis di lidahnya, Saffa belum terbiasa minum kopi. Pagi itu Saffa dan ayahnya berada di salah satu kedai kopi untuk berbincang santai, Saffa yang meminta karena gadis itu ingin menghilangkan rasa kantuknya akibat semalam tidur tidak tenang.
"Kamu yakin nggak mau pulang terus istirahat di rumah?" Hamish meletakkan cangkir kopi yang isinya baru saja di minum olehnya
Saffa menggeleng, "Nggak, Yah. Aku nggak boleh tidur dulu, ada yang harus aku lakuin hari ini."
"Apa itu?"
"Aku mau cari kado, buat seseorang. Ayah bisa temenin aku?"
"Bisa, sudah kamu tentukan mau kasih kado apa?"
Terdengar helaan nafas dari mulut gadis itu, ia memang belum memberikan kado untuk Aslan. Walaupun kemarin dia sudah membuat kue untuk cowok itu, tetapi Saffa merasa harus memberikan hadiah yang lain untuk Aslan. Disamping itu iya juga akan sekalian meminta penjelasan pada seniornya yang satu itu pasal dirinya di hindari.
"Belum," jawab Saffa lemah seraya mengaduk-aduk kopinya tak minat.
"Mau ayah bantu? Buat siapa emangnya?" tawar Hamish yang membuat anak sulungnya itu berbinar.
"Buat temenku, dia cowok dan aku bingung kasih hadiah apa."
"Kasih dia jaket atau hoodie? Mengingat cuaca lagi lumayan dingin." Hamish memberi usul.
Saffa menggeleng, "Dia udah punya banyak jaket dan hoodie, Yah. Aku mau kasih sesuatu yang bisa ngebuat orang itu inget aku terus." Hamish tergelak mendengarnya yang membuat Saffa memiringkan kepalanya bingung. "Kok ketawa?" lanjut Saffa.
"Buat pacarmu?" tanya Hamish, laki-laki yang warna matanya serupa dengan Saffa itu memang sudah mengetahui bahwa anak gadisnya telah berpacaran dengan kakak kelasnya yaitu Adrian. Padahal lelaki itu sempat mengira bahwa Saffa akan berpacaran dengan kakak kelas yang satunya.
Saffa mendengus jengkel, rasa kesalnya pada Adrian belum raib sepenuhnya karena tadi pagi. "Bukan, Yah."
"Lalu buat siapa?"
"Ayah inget Aslan?"
Lelaki berkacamata itu mengangguk, ia tak mungkin melupakan remaja laki-laki yang satu itu. "Jadi, Aslan yang ulang tahun?"
"Iya," angguk Saffa. "Aku mau kasih dia kado, sekalian nanya kenapa akhir-akhir ini dia menghindar dari aku."
"Kenapa dia menghindari kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa
Teen Fiction"Aku kira kamu adalah tempat kapalku berlabuh, nyatanya kamu hanyalah tempat persinggahan yang teduh." Berawal dari ditolong saat jatuh dipelajaran olahraga, perlahan Saffa mulai menaruh hatinya pada seorang Adrian. Hanya kepada Adrian Saffa berani...