20:: Es Krim dan Cappuccino

98 9 4
                                    

Give me the truth, me and my heart
We'll make it through
If happy is her, i'm happy for you.

(Demi Lovato-Stone Cold)

🔸🔸🔶


Happy reading!

"DASAR SINGA NGAGETIN AJA"

Aslan mendelik saat Saffa tiba-tiba saja keluar dari kelasnya, ia panik jika akan ditanya macam-macam oleh Saffa. Tadi Aslan sedang bosan, ia sudah makan saat jam pelajaran Biologi yang kosong. Jadi, saat istirahat berlangsung ia memutuskan untuk berjalan-jalan, sekalian melihat kelas cewek itu. Namun siapa sangka Saffa ada didalamnya? Padahal ia kita Saffa sedang bersama Natali di kantin, menjamah mie ayam pak Ujang.

"Mau kemana lo, hah?!" Saffa menarik baju Aslan, saat cowok itu berusaha pergi. Aslan meneguk salivanya, ia mengatur wajahnya agar terlihat sebiasa mungkin kemudian berbalik menghadap Saffa.

"Balik ke kelas. Mau kemana lagi?" tanyanya, membuat Saffa jengkel.

"Abis dari mana di lorong kelas 11? Nyariin gue, ya?"

Bak di tembak tepat sasaran di dada. Aslan menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan gadis di hadapannya sekarang, "Ketemu Tessa. Ada urusan." Aslan bersyukur dalam hati karena yang keluar dari bibirnya tidak aneh-aneh.

Sementara Saffa mengangkat sebelah alisnya lalu berkata, "Urusan apa ama Tessa? Tumben." katanya sedikit tak percaya.

"Yang jelas urusan gue sama Tessa, Saff. Bukan urusan lo, lagian lo gak akan ngerti."

"Iya ya, lagian gue kepo banget."

"Bodo."

Saffa terkekeh, ia menoleh ke arah jendela kelasnya, Natali masih asyik menyantap makan siangnya namun di tambah seseorang duduk di bangku milik Saffa. Siapa lagi kalau bukan Rahman--pacar Natali yang hobinya ngambil tempat duduk dirinya untuk pacaran dengan Natali.

"Yah elah alamat gue numpang di bangku Fia lagi nih. Lan, mau ke kantin, gak?" tanyanya, Aslan yang tadi ikut melihat ke dalam jendela dan sempat meledek Rahman kini menatap Saffa.

"Boleh. Tapi lo mau makan lagi?"

"Nggak, mau beli es krim."

"Gak mau ah, lo makan es krim terus, ntar batuk." Aslan menyentil dahi Saffa pelan, membuat gadis itu mengusap dahinya sambil mengerucutkan bibirnya sebal,

"Gue udah kebal sama es krim, Lan. Mau ikut, nggak? Kalo nggak gue jalan sendiri nih,"

Aslan menghela nafas, Saffa memang sulit di beri tahu orang lain. "Yaudah iya, gue ikut." katanya, akhirnya mereka berjalan beriringan menuju ke kantin. Sesekali di sela-sela perjalanan mereka diisi candaan,membuat siapa saja yang melihat mereka mengira jika mereka memiliki suatu hubungan spesial.

Padahal orang tidak tahu saja mereka hanya teman.

Iya, teman.

"Kemarin Najwa beli aksesoris unicorn banyaaakkk banget! Padahal gue ngasih uang yang dari bokap tuh buat keperluan sekolahnya dia, eh dia malah beli barang yang gak berguna." gerutu Saffa menceritakan adiknya yang hampir saja menghabiskan jatah mingguannya untuk membeli aksesoris aksen unicorn kesukaannya. Aslan hanya mendengarkan celotehan adik kelasnya itu sambil sesekali mendengus geli karena ceritanya yang di lebih-lebihkan oleh Saffa.

"Kenapa ya, anak perempuan banyak yang suka unicorn? Suka sih gakpapa, tapi tuh kadang suka ada anak SMA atau yang udah remaja gitu fanatik banget sama unicorn. Semua yang dia punya gambar unicorn, bahkan tempat minum aja gambarnya unicorn, Lan! Padahal itu tempat minum anak TK yang kalo di pencet nimbul sedotan!" celoteh Saffa panjang lebar lagi,

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang