37:: Confused

59 3 0
                                    

No fairYou really know how to make me cry When you give me those ocean eyesI'm scaredI'm never fallen from quite this highFalling into your ocean eyesYour ocean eyes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No fair
You really know how to make me cry
When you give me those ocean eyes
I'm scared
I'm never fallen from quite this high
Falling into your ocean eyes
Your ocean eyes

( Ocean Eyes- Billie Eilish)

🔸🔸🔶

Happy reading!

"Sebutkan visi serta misi kamu sebagai calon ketua eskul PMR!"

Seorang laki-laki bertubuh tegap dengan rambut gondrongnya yang diikat mulai memberikan pertanyaan pada satu-persatu anggota kelompok Tessa. Dia Sandi, mantan ketua eskul PMR angkatan pertama sekaligus orang yang pertama kali membentuk eskul PMR di SMA Cakra Bangsa. Wajahnya yang dingin serta mata yang intens menatap lawan bicaranya membuat kesan wibawanya semakin terasa.

Satu-persatu anggota kelompok Tessa yang kelas 11 di tanyakan pertanyaan yang sama, sementara bagi kelas 10-nya ditanyakan alasan mereka masuk ke eskul PMR. 

"Bukan karena ada Aslan, Adrian, sama Vian, 'kan?" sinis senior perempuan berkemeja kotak-kotak dengan rambut pendeknya, ketika mendengar jawaban Ruri--anak kelas 10 anggota kelompok Tessa.

"Tidak, Kak!" Jawab Ruri dengan suara bergetar.

Saffa melirik ke arah senior perempuan berkemeja kotak tadi, lalu dahinya mengernyit ketika melihat seseorang yang berdiri disampingnya, yaitu perempuan ber-sweater  merah muda yang ada di lapangan tadi. Buru-buru Saffa mengalihkan pandangannya lurus ke depan, takut ketahuan mencuri pandang ke perempuan itu. Saffa jadi tahu bahwa senior perempuan yang tadi di lapangan itu mantan ketua PMR juga.

"Saffa Keenan A--Aleyski?"tiba-tiba Sandi sudah berada di hadapan Saffa dengan badan yang sedikit membungkuk karena membaca nama gadis itu di name tag-nya.

"I-ya, Kak?" Saffa takut Sandi menanyakan hal aneh-aneh setelah ia membacakan visi misinya, sama seperti Tessa tadi yang di hadapkan pertanyaan membingungkan.

Mata Sandi menyipit memandang Saffa, "Nama belakang kamu sama kayak--" 

Jantung Saffa mencelos seketika mendengar ucapan Sandi, ia takut cowok itu tahu pasal nama belakangnya yang sama dengan ayahnya. Tetapi Sandi tak melanjutkan ucapannya ketika bahunya di tepuk oleh seseorang.

"Bang, kita harus cepet." Aslan yang tiba-tiba saja berdiri di belakang Sandi memperingatkan, netra cowok itu sempat melirik pada Saffa yang sedang mengalihkan pandangannya ke bawah.

Mantan ketua PMR angkatan pertama itu mengangguk singkat yang membuat Aslan kembali ke tempatnya. Kemudian cowok itu kembali menanyakan visi serta misi Saffa masuk ke eskul PMR, seperti yang ia lakukan pada yang lainnya. Saffa menghembuskan nafas pelan, ia sangat lega karena Sandi tak melanjutkan pertanyaan soal nama belakangnya itu. Kalau saja Aslan tak menyuruh cowok itu agar mempercepat tugasnya, entah apa yang akan terjadi disana. Saffa sangat bersyukur, walaupun Aslan berusaha menghindarinya setidaknya cowok yang warna rambutnya senada dengan irisnya masih... melindunginya.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang