Di pagi yang cerah itu Orion justru mendapati wajah adiknya cemberut. Adik manisnya itu terus menekuk wajahnya sepanjang pagi ini, dari saat sarapan hingga mereka sampai di depan sekolahnya. Sebenarnya tidak begitu mengherankan. Terlebih kalau mengetahui alasan dibalik cemberutnya Lena, adiknya yang baru duduk di bangku SD itu. Bahkan Orion sendiri juga sangat terganggu dengan alasan yang sama dengan alasan cemberutnya adik tirinya itu.
"Kenapa sih Arla mesti tinggal sama kita? Dia 'kan bisa tinggal sendiri dirumahnya." Protes Lena itu sudah didengar Orion lima kali semenjak ayah mereka mengumumkan berita yang membuat suram pagi itu.
"Panggil dia 'Kak Arla', Len!" Ayahnya kembali memperingatkan dengan tegas. "Dan ayah sudah menjawab pertanyaanmu itu berulang kali. Jawabannya masih sama, ayah ingin dia tinggal bersama kita karena dia juga anak ayah sama sepertimu."
Lena semakin cemberut mendengar jawaban ayahnya yang sama itu untuk kesekian kalinya. Meski wajah cantik dan manisnya sama sekali tidak berkurang meski bibirnya dimanyunkan.
"Terserah ayah lah!" Teriak Lena sambil turun dari mobil dan membanting pintu mobil Ford hitam itu keras-keras.
Ayah Andi (begitulah sebutan Orion untuk ayah tirinya itu) hanya bisa menggeleng-geleng sambil memandang puteri bungsunya itu memasuki gerbang SD International Bright School. Setelah memastikan anaknya sudah benar-benar berada di sekolah, Ayah Andi pun kembali menjalankan mobilnya.
Setelah menyetir dalam diam selama saat, ayah Andi akhirnyamelirik penuh perhitungan pada Orion. " Kamu tidak protes?"
Orion mendengus. Kelihatannya ayah Andi dapat mendeteksi ketidaksukaan Orion pada Arla. "Protesku nggak akan mengubah keputusan Ayah Andi 'kan?"
Ayah andi menggeleng. "Kamu tau kalau..."
"Aku tau." Potong Orion sambil memperhatikan gerbang sekolahnya yang semakin mendekat. "Tapi aku ingatkan sekali lagi. Aku ingin ayah Andi nggak mengharapkan sikapku padanya berubah."
Ayah Andi menghela nafas panjang. Terlihat menyerah untuk sementara waktu. "Baiklah. Meskipun aku benar-benar berharap kalian berhenti bersikap seakan satu sama lain tidak tampak saat kalian bersama."
Orion hanya mengangkat bahu tanpa menjanjikan apapun. Tepat pada saat mobil hitam yang mereka tumpangi hendak berbelok memasuki gerbang, Orion melihat Arla yang naik motor merahnya menyalip mobil mereka dengan santainya. Tidak sekalipun gadis itu menoleh, seakan sama sekali tidak mengenali mobil itu. Padahal Orio sangat yakin kalalu Arla mengenali Ford hitam ayahnya terlebih dengan plat nomor unik tanggal lahirnya. B 266 AR
"Itu Arla," Ayah andi kelihatannya juga menyadari kehadiran cewek itu. Wajah beliau pun berubah cerah begitu mengenali Arla meski gadis itu menutup kaca helmnya rapat-rapat. " Aku ingin bicara sebentar dengannya."
Tepat saat Orion berpikir kalau Arla tidakk akan mau repot-repot untuk turun dari motornya hanya untuk menyapa ayahnya. Tapi Orion melihat Arla menghentikan motornya. Meski bukan untuk menyapa ayahnya. Cewek itu terpaksa mematikan mesin motornya karena pak satpam menyuruh para siswa yang bawa motor mematikan mesinnya saat memasuki wilayah sekolah, sesuai dengan peraturan SMA International Bright School.
Ayah Andi bergegas turun begitu memarkirkan mobil hitamnya di halaman Gedung SMA IBG. Sambil mengikuti langkah Ayah Andi, Orion pun memperhatikan gerak-gerik Arla. Orion tau dibalik helm merah itu terdapat wajah yang begitu manis dengan pipi tembabnya. Wajah innocent yang mampu menarik perhatian banyak cowok di SMA IBG itu. Dengan tinggi 156 dan rambut sebahu yang berwarna kecokelatan serta wajah manisnya itu, Arla bisa membuat para cowok berpikir kalau dia cewek lemah yang butuh perlindungan.
Tapi tidak dengan Orion. Orion tau siapa Arla sesungguhnya. Arla sama sekali bukan cewek lemah yang butuh perlindungan. Arla adalah cewek temperamental yang mampu menyingkirkan cowok manapun dengan kata-kata tajamnya. Bahkan kadang juga dengan tinjunya karena dia pernah belajar karate.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
RomanceSeperti hal nya kotak terlarang itu, kenangan masa lalu bisa menjadi sumber segala masalah. Sebagaimana sulitnya menemukan kotak itu, menemukan kebenaran dari kenangan masa lalu bukanlah hal yang mudah. Sama seperti isi kotak pandora, kebenaran dari...