"Saya terima nikahnya...."
Senyum terukir di wajah Lila saat mendengar Win dengan lantang mengucapkan akadnya. Karena selama dua belas tahun ini dia tinggal di London, sangat jarang sekali Lila melihat prosesi akad nikah. Hanya dua kali Lila menghadiri prosesi sakral semacam ini. Satu saat tantenya menikah setelah beberapa bulan Lila tinggal di London. Satu lagi saat James menikahi istrinya. Ini yang ketiga kali bagi Lila. Dan semuanya terasa sama bagi Lila. Begitu sakral dan indah.
"What are you thinking?" Bisik Orion yang menundukkan kepala hingga mencapai telinga Lila.
"Nothing." Karena masih sebal dengan kejadian di mobil tadi, Lila sama sekali tidak berniat menanggapi Orion. Alih-alih Lila menatap kedua mempelai yang sedang menandatangani buku nikah mereka.
"Really?" Orion kembali berbisik. "Tapi aku melihatmu tersenyum barusan."
Lila benar-benar ingin mengabaikan Orion. Tapi nampaknya pria itu tidak akan berhenti berbisik di telinga Lila sampai mendapatkan jawaban. Bukan pertanyaan-pertanyaan nya yang mengggangu Lila. Tapi bisikan pria itu di telinga nya lah yang ingin Lila hentikan. Entah kenapa ada desiran aneh yang tidak pernah Lila rasakan sebelumnya setiap Orion berbisik dekat telinganya.
"Okay." Lila akhirnya menghela nafas. "I was just thinking that it was beautifull. Bagaimana ikatan pernikahan yang terbentuk lewat akad. Sebuah ikrar tanggung jawab yang diucapkan dengan lantang oleh mempelai pria. Tanpa membutuhkan balasan janji dari wanita yang dinikahi, yang menunjukkan kepercayaan pengantin pria terhadap calon istrinya. Apapun alasan pernikahan itu, dengan akad yang diucapkan secara lantang, maka saat itulah keduanya akan memulai kisah mereka."
Karena Lila tidak mendengar komentar Orion. Lila pun berbalik dan menengada untuk melihat reaksi di wajah Orion. Gerakan itu akhirnya membuat mata mereka pun saling terkait. Lila tidak bisa membaca apa reaksi Orion. Karena pria itu hanya memandanginya. Tapi Lila tau ada sesuatu yang sedang berkeliaran di otak Orion. Meski pria itu hanya diam.
"Well. Tidak semua orang bisa melakukannya kan?" Lila memutuskan kontak mata mereka. Karena setelah beberapa saat mata mereka bertemu, kembali ada yang berdesir di hatinya. "Mengucapkan ikrar tanggung jawabnya dengan lantang."
Orion menarik lengan Lila dan membuat Lila kembali menatapnya. Kemudian pria itu berkata, "Aku akan dengan senang hati mengucapkan akad itu asal kamu bersedia menjadi wanita yang kupercaya."
Jantung Lila berdegup semakin kencang. Desiran itu berubah menjadi degup tidak terkendali di jantung Lila. Tatapan mata Orion. Kata-kata yang barusan diucapkannya. Semua itu membuat pikiran Lila kosong. Lila sama sekali tidak tau harus berkomentar apa. Sehingga dia pun hanya bisa membuka dan menutup mulut beberapa kali.
Beruntung saat itu juga terdengar seseorang memangil nama Orion.
"Orion."
Keduanya akhirnya memutuskan kontak mata mereka saat seseorang menepuk pundak Orion. Lila pun ikut memandang pria yang kini merangkul pundak Orion dengan senyum jahil dan menular itu. Senyum jahil yang familiar yang selalu mampu membuat Lila ikut tersenyum bahkan tertawa dua belas tahun yang Lalu. Tommy Syahputra alias Tom-Tom.
"Sekarang tinggal loe aja, Men." Kata Tom-Tom dengan jahil.
"Berhentilah menggodanya." Seorang wanita berhijab denga gaun keeamasan memukul lengan Tom-tom dengan sayang. Meski Tom-Tom berpura-pura kesakitan. "Kamu nggak lihat wanita cantik di sebelahnya."
"Tentu saja aku lihat. Maaf sayang, tapi mataku belum rabun untuk melihat cewek cantik." Tom-tom menaik turunkan kedua alisnya pada Lila tanpa memedulikan pukulan kedua di lengannya dari wanita yang Lila duga sebagai istirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
RomanceSeperti hal nya kotak terlarang itu, kenangan masa lalu bisa menjadi sumber segala masalah. Sebagaimana sulitnya menemukan kotak itu, menemukan kebenaran dari kenangan masa lalu bukanlah hal yang mudah. Sama seperti isi kotak pandora, kebenaran dari...