Seharian ini Lila hampir tidak bisa berkonsentrasi pada data yang ada di laptopnya. Setiap sepuluh menit Lila mencoba focus pada angka di depannya, pikirannya pun teralihkan pada anak manis itu. Rakha. Bayi yang dulu ada di kandungan wanitu itu saat Lila memutuskan untuk pergi selamanya dari hidup ayahnya. Bayi itu kini tumbuh besar dan menjadi anak semanis Rakha. Pantas saja Lila bisa dengan mudah akrab dengan anak itu. Mereka berbagi darah yang sama.
"If you are not stopping daydreaming, you will bump...."
Belum sempat Charlie menyelesaikan peringatannya, Lila sudah menabrak sesuatu atau seseorang lebih tepatnya. Hampir saja Lila terjungkal ke belakang karena terpental dari sesuatu yang ditabraknya. Beruntung ada sandaran keras dibelakangnya, sehingga Lila pun batal mendarat di lantai.
Lila sama sekali tidak sadar kalau dia tetap dalam posisi bersandar pada sesuatu yang menahannya karena fokusnya teralihkan pada pria yang ditabraknya. Mata Lila membelalak karena dirinya mengenal pria itu. Win. Sahabat Orion.
Pria yang kini memandang Lila dengan kening berkerut itu bisa dibilang tidak memiliki perubahan berarti dari terakhir kali Lila melihatnya. Tapi bukan itu yang membuat Lila membalikkan badan hingga menyadari apa yang sedang disandari nya. Win terlihat seperti sedang mencoba mengenalinya. Sehingga Lila pun harus segera menyembunyikan wajahnya. Lila tidak ingin Win menemukan sesuatu pada wajahnya yang mungkin mengingatkan dia pada Arla.
Tapi seperti keluar dari mulut buaya masuk ke kandang singa. Kini Lila berhadap-hadapan dengan Orion. Beruntung Lila hanya terkesiap dan bukannya berteriak karena keterkejutannya karena menyadari dia telah bersandar pada dada bidang pria itu. Bagaimana bisa Lila bisa begitu nyaman pada pria itu padahal parfurm Orion sedari tadi melingkupinya.
"Are you okay?" Tanya Orion dengan penuh perhatian. "You looked so pale."
Bagaimana tidak pucat? Disaat dirinya lengah, Lila harus berhadapan dengan dua pria tampan yang mengingatkan kembali pada masa lalunya. Satu orang yang pernah sangat baik padanya dan hampir saja mengenalinya. Sementara satu lagi adalah pria yang dibencinya.
Lila hanya mengangguk dan segera beralih pada rekan-rekannya yang memandanginya dengan bingung dan sedikit takjub. Baru kali ini mereka melihat ratu es itu begitu ceroboh. Terlebih salah tingkah di depan pria. Entah apa yang terjadi pada si Ratu es hari ini.
"Kami permisi dulu." Kata Lila sambil memberi tanda pada rekan-rekannya untuk meneruskan perjalanan mereka menuju lift. Kemudian Lila pun mengangguk dan menggumamkan kata maaf pada Win sebelum menyusul rekan-rekannya.
"Apa aku pernah bertemu dengannya?" Tanya Win sambil memandangi Lila yang berjalan cepat menuju pintu lift.
Orion mendengus mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Entah mengapa dia merasa tidak nyaman dengan ketertarikan Win pada Lila. "Tentu saja tidak. Berhentilah melirik wanita lain. Ingat pernikahan loe yang tinggal beberapa minggu lagi."
Win yang dapat mendeteksi keanehan Orion memandang sahabatnya itu dengan satu alis terangkat. "Loe ngincer dia?"
Orion hanya mengangkat bahu. "Dia cewek yang sulit. Lagian dia juga bukan tipe gue."
"Seharusnya loe nyari yang kayak dia. Bukannya cewek yang hobi kelayapan." Kata Win menepuk-nepuk bahu Orion. "Itu kalau loe nyari istri dan bukan pajangan buat dipamerin."
"Loe tau kan kalau gue paling enek kalo loe sok bijak gini?"
Win tertawa karena Orion membuat badannya bergetar seakaan merinding. Tapi matanya tidak lepas dari Lila yang sedang memasuki lift. Win benar-benar yakin pernah melihat cewek itu. Entah dimana. Tapi yang jelas wajah cewek itu benar-benar familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
RomanceSeperti hal nya kotak terlarang itu, kenangan masa lalu bisa menjadi sumber segala masalah. Sebagaimana sulitnya menemukan kotak itu, menemukan kebenaran dari kenangan masa lalu bukanlah hal yang mudah. Sama seperti isi kotak pandora, kebenaran dari...