"Ini nasi goreng terlangkah di dunia." Orion mulai menyendok nasi goreng yang di letakkan Lila di depannya. "Butuh 12 tahun lamanya agar bisa memakannya lagi. Aku sudah mencoba mencari kemana pun tapi tidak ada yang bisa menyamai rasanya"
Lila tersenyum karena ingatan saat Orion menikmati nasi gorengnya untuk pertama kali, kembali terlintas. "Tentu saja. Ini adalah resep kreasiku. Ada bumbu khusus yang tidak diketahui orang lain. Jadi tidak ada yang bisa membuat yang sama persis seperti ini."
"Bumbu cinta?" Kata Orion sambil memberikan tatapan penuh pesonannya.
"Please. You are so cheesy." Lila hanya bisa memutar matanya mendengar komentar norak dari pria di depannya itu.
"But you like it."
Lila memilih untuk tidak menanggapi Orion. Meski sebenarnya hatinya sempat berdesir. Lila hanya menganggap itu bagian dari efek kekagetan karena terbangun dalam pangkuan Orion. Lila tidak berani mengartikan lebih. Bagaimana pun semua ini belum selesai.
Meski akhirnya Lila mengetahui kebenaran masa lalunya. Tapi Lila belum berdamai dengan hantu masa lalu. Terlebih saat ini Lila tau seberapa buruk sikapnya selama ini karena fatamorgana masa lalunya. Lila pun tidak bisa membiarkan dirinya sendiri merasakan hal lainnya sebelum memastikan semua kebenaran terungkap. Kemudian berdamai dengan orang-orang di sekitarnya juga dengan dirinya sendiri.
"Apakah kamu mengetahuinya?" Tanya Lila setelah membiarkan kesunyian meliputi mereka selama beberapa saat.
Orion tidak segera menjawab. Pria itu seakan sengaja menunggu Lila memandangnya sebelum tersenyum lembut padanya.
"Aku berumur sepuluh saat kecelakaan itu terjadi." Kata Orion tanpa melepaskan tatapannya dari Lila. "Usia yang cukup untuk mengerti segala yang diucapkan orang-orang disekitarku dan apa yang terjadi. Meski tidak cukup untuk berbuat apapun atau menyuarakan pendapat."
Meski ingatannya tentang kecelakaan waktu itu sedikit kabur, tapi Lila ingat tangan hangat yang menggemgam tangannya saat dia terbangun di rumah sakit. Lila ingat rasa sakit yang menghujam kepalanya hingga dia mencengkeram tangan hangat itu sekuat tenaga dan berteriak kesakitan. Saat itu, tangan hangat milik Orion itu tidak pernah meninggalkannya hingga Lila keluar dari rumah sakit. Meski setelahnya Lila tidak pernah mengenggamnya lagi.
"Jadi ya, aku tau kebenaranya." Orion memandangi wajah Lila.
Lila tau pria itu mencoba mencari ekspresi di wajahnya yang bisa menunjukkan bagaimana perasaanya. Tapi Lila sudah berhasil membangun kembali dinding es di sekitar hatinya. Sehingga Lila yakin pria itu tidak menemukan ekspresi kesedihan yang seharusnya terlihat di wajahnya.
"Kenapa kamu tidak pernah menceritakannya padaku? Bahkan saat kita di SMA."
Lila melihat tangan pria itu terkepal erat pada sendoknya. Entah apa yang membuatnya kesal sehingga pria itu harus menghela nafas panjang dan dalam sebelum berkata dengan lembut, "Karena aku tidak ingin Bambi kecilku terluka lebih dalam."
Panggilan itu mampu membuat retakan pada dinding es yang dibangun Lila untuk melindungi hatinya. Panggilan yang diberikan Orion pada Arla kecil karena Orion kecil suka dengan film Disney lawas itu. Meski Arla kecil protes karena Bambi adalah rusa jantan. Tapi Orion berkeras memanggilnya Bambi karena Arla kecil seperti Bambi yang kehilangan ibunya.
"Tapi hal itu justru membuat Bambi menjadi jahat dan melukai semua orang yang disayanginya." Sebulir airmata pun akhirnya jatuh dari sudut mata Lila. "Dan itu lebih melukai Bambi daripada kebenaran yang kamu tutupi, Lion."
Airmata Lila kembali jatuh. Usahanya untuk menghentikan nya sia-sia. Kejujuran mengakui lukanya akhirnya memecahkan semua dinding es yang dibangunya. Luka hatinya yang didapat setiap kali melukai orang-orang yang disayanginya kembali terngangah dan sekarang terasa lebih menyakitkan.
"Maafkan aku, Bambi kecilku." Entah sejak kapan Orion beranjak dari tempat duduknya. Kini pria itu berlutut disamping Lila dan menarik Lila agar menghadapanya. Dengan lembut tangan hangatnya kembali mengusap airmata Lila. "Aku berjanji, aku tidak akan membiarkan diriku ataupun orang lain melukaimu lagi."
Lila menggeleng diantara tangan Orion. "Kenapa aku selalu jadi cengeng di depanmu?"
"Karena kamu tau aku selalu bisa menghapus airmata mu." Orion menaikkan satu alisnya dengan wajah sok nya yang tampan dan senyum penuh percaya dirinya.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Lila sekali lagi memandang Orion yang sekarang sedang duduk di sofa sambil memangku Mac hitam nya. Meski sedang berbicara dengan Shasha tentang update pekerjaan tim internal audit hari ini. Tapi pandangan Lila tidak bisa lepas dari pria yang hanya memakai kaos putih dan celana piama abu-abu panjangnya, seakan sedang berada di apartementnya sendiri.
Pria itu memang sempat kembali sebentar ke apartmentnya sendiri. Tapi dalam waktu lima belas menit kemudian, Orion kembali dalam keadaan segar dan santai dengan laptop di tangannya. Menjalan tugas dari Tante Linda katanya. Meskipun begitu tidak seharusnya pria itu terlihat jauh lebih tampan dalam baju rumahan daripada outfit kantorannya.
"Kalau kamu terus memandangiku. Kamu tidak akan mengerti apa yang sedang dikatakan Shasa." Kata Orion tanpa melepaskan pandangan dari layar Mac nya.
Lila hanya memutar matanya dan mengucapkan salam perpisahan dengan Shasha yang selesai mengupdate. Sebelum patnernya itu histeris menanyakan kenapa dia bisa mendengar suara Orion.
"Ini sebenarnya ulah mu kan?" Tanya Lila yang mengambil buku catatan bersampul cokelat milik Rania-Ibu tirinya- yang ada di meja depan sofa. "Kamu 'kan yang meletekkan buku ini di tempat mainan Rakha?"
"Kamu tidak punya bukti, Bambi kecil." Jawab pria itu dengan santai dan tanpa rasa bersalah.
"Tentu saja." Lila mendengus dan akhirnya duduk di ujung lain sofa dan bersandar pada lengan sofa. "Buku ini punya kaki yang mengantarnya sampai lemari mainan Rakha."
"Mungkin. Kamu harus memeriksanya siapa tau ada kaki setipis kaki laba-laba di sisi-sisinya."
"Orion! Kamu memang nyebelin."
Lila melempar kepala Orion dengan bantal sofa karena pria itu sengaja menyebut hewan paling ditakuti Lila. Tentu saja pria itu berhasil menghindar dan tersenyum penuh kemenangan.
Tapi Lila memutuskan untuk mengabaikannya dan kembali pada buku catatan yang ada di tangnnya. Dengan perlahan dia mengusap salah satu sisinya dan memandang Orion yang masih saja terlihat tampan meski hanya sedang memandangnya. "Boleh kah aku membacanya?"
Orion mengangguk. "Aku tau kamu berpikir bahwa itu tidak sopan. Tapi kamu berhak mengetahui semuanya. Bubun juga tidak akan marah jika tau kamu membaca ini. Dia bahkan mungkin tidak sadar kalau buku ini hilang dari rak bukunya."

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
RomanceSeperti hal nya kotak terlarang itu, kenangan masa lalu bisa menjadi sumber segala masalah. Sebagaimana sulitnya menemukan kotak itu, menemukan kebenaran dari kenangan masa lalu bukanlah hal yang mudah. Sama seperti isi kotak pandora, kebenaran dari...