Nafas Lila perlahan terlihat teratur. Bahkan yang lebih menggemaskan bagi Orion adalah saat perlahan mulutnya sedikit terbuka. Orion pun tidak bisa menghentikan dirinya untuk tersenyum. Keadaan mereka saat ini mengingatkan dirinya pada kenangan dua belas tahun yang lalu. Saat dirinya mencari-cari Arla dengan kekesalan yang memuncak karena cewek itu berhasil kabur darinya.
"Apakah begitu berat?" Bisik Orion sambil menggantikan cool pad yang ditempelkan di pipi Lila dengan telapak tangannya. "Hingga pipi chubby favourite ku itu menghilang?"
Dengan perlahan Orion melepaskan kacamata Lila yang masih terpasang. Ingatannya pun kembali pada kejadian kemarin saat dia ingin mengenalkan Bubun dan Ayah Andi kepada wanita yang akhirnya mampu menggerakkan hatinya. Orion masih ingat saat keluarganya yang baru datang saat pesta sudah dimulai itu menyapanya. Tanpa pikir panjang Orion pun menawarkan pada Bubun untuk dikenalkan dengan wanita yang membuatkan sop ayam yang disukai Bubun nya.
Orion ingat bagaimana dia merasa percaya diri bahwa Bubun dan Ayah Andi akan menyukai Lila begitu mereka berkenalan. Sehingga dia dengan bersemangat mendekati Lila yang sedang berbicara dengan Win, tanpa menyadari perubahan pada Bubun dan Ayah Andi. Malam itu terasa begitu sempurna sampai Ayah Andi memanggil wanita yang Orion kagumi itu dengan panggilan lain. Arla.
"Seharusnya aku sudah tau saat mendengar dan melihat tawamu waktu itu." Orion kembali berbisik sambil mengusap lembut pipi Lila.
Sebenarnya kisah pertemuan mereka yang menurut Lila hanya karangan Orion, benar-benar terjadi. Dua tahun yang lalu saat Orion pertama kali di undang ke kantor pusat-HQ Wonder Inc. Saat itulah Orion pertama kali bertemu Lila. Melihat Lila untuk pertama kali lebih tepatnya. Karena saat itu Lila memang tidak menyadari kehadiran Orion.
Orion ingat waktu itu dia sengaja berjalan ke taman dekat Gedung HQ Wonder Inc. untuk menikmati perasaan gembira karena kesuksesannya dalam menyakinkan para petinggi Wonder Inc. atas project yang mengantarnya keposisinya saat ini. Saat itulah Orion mendengar tawa familiar yang sudah begitu lama dirindukannya. Tawa yang membuat langkah Orion terhenti dan segera mencari sumber pemiliknya.
Rasa kecewa sempat dirasakan Orion waktu itu karena mendapati seorang wanita berhijab yang sedang bermain dengan sepasang anak kecil. Bukannya Arla seperti yang diharapkan. Tapi rasa kecewa itu langsung itu hilang, begitu wanita itu berbalik dan Orion akhirnya bisa melihat tawa pada wajah cantiknya. Lila.
Waktu itu Orion tidak mengenalnya. Tapi Orion tidak bisa menghentikan senyumnya saat melihat dan mendengar tawanya saat wanita sedang berputar-putar karena sepasang anak kecil itu menarik tangannya dan berlari memutarinya. Bahkan Orion akhirnya memutuskan duduk di bangku taman itu, hanya untuk menikmati tawanya. Tawa yang mampu sedikit mengobati rasa bersalah dan rindunya pada gadis yang selama ini dicarinya.
"Tawa mu itu selalu menarik perhatianku sejak kita kecil." Orion kembali berbisik dan mengusap pipi Lila sebelum beranjak untuk mengambil selimut untuknya.
Setelah memastikan malaikatnya itu tenang dalam tidurnya, Orion pun beranjak pergi. Meski tidak ingin meninggalkannya, tapi ada yang harus Orion lakukan untuk memastikan tawa itu kembali dalam hidup malaikatnya. Sudah cukup dirinya berdiam diri sejak dua puluh tahun ini. Sekarang waktunya Orion bertindak. Karena Orion ingin mendengar tawa malaikatnya itu mengisi hidupnya.
--------------------------------------------------------------------------------------
Dia seperti anak singa. Pikir Lila waktu itu. Anak singa yang lucu namun sedang sedih. Sehingga dia berusaha mengaum pada siapapun yang mendekatinya. Tapi karena dia masih anak singa, maka aumannya justru terdengar manis. Karena itu lah waktu itu Lila sama sekali tidak takut mendekatinya. Waktu dia masih menjadi Arla kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
RomanceSeperti hal nya kotak terlarang itu, kenangan masa lalu bisa menjadi sumber segala masalah. Sebagaimana sulitnya menemukan kotak itu, menemukan kebenaran dari kenangan masa lalu bukanlah hal yang mudah. Sama seperti isi kotak pandora, kebenaran dari...