Lila menghela nafas saat memandang memandang kantong berisi jas Orion yang tergeletak disamping Mac merahnya. Pikirannya teralihkan dari worksheet di depannya ke kejadian yang baru-baru ini dialaminya. Terlebih yang berhubungan dengan pemilik jas biru itu.
Saat menginjakan kaki kembali ke Indonesia, Lila benar-benar berharap dapat melalui tiga bulan tugas nya dengan tenang dan kembali ke London. Tapi baru tiga minggu kembali ke Indonesia, Lila sudah kelilingi oleh orang-orang dari masa lalu yang ingin dilupakannya. Bagaimana Lila akan melewati dua bulan ke depan? Entah kenapa Lila mendapat firasat bahwa hari-hari itu akan panjang dan melelahkan.
"I can't stand this." Charlie yang sedari tadi mengetuk-ketuk meja dengan pensil saat Lila mulai menghela nafas akhirnya melemparkan pensilnya.
"Miss Lila, can I give you a hand?" kata Shasa yang mengangkat kedua alisnya sambi menunjuk kantong berisi jas itu dengan dagunya. "Aku akan dengan senang hati mengantar jas itu kepemiliknya."
Kini giliran Lila yang mengankat kedua alisnya penasaran. "Bagaimana kamu tau siapa pemilik jas ini?"
"Well, we have good timing, Little Lil." James tersenyum saat melihat kebingungan Lila. "Kami tiba di lobby apartement tepat saat kamu dan Orion berdiri di depan lift dalam basah kuyup. Well, Orion yang basah dan jasnya ada padamu. Kedua gadis ini heboh melarangku menyapamu saat melihat jas Orion di pundakmu."
Lila memutar matanya. "Jadi kalian akhirnya mengambil kesimpulan yang tidak masuk akal?"
"Don't blame us." Ujar Charlotte. "It was first time...."
"Ratu es mau menerima perlakuan gentle dari pria." Lanjut Shasa. "Jadi, apa yang terjadi malam itu?"
Lila memandang Shasa dan Charlie bergatian. Kemudian menggeleng, "Nothing. Jadi sebaiknya aku kembalikan jas ini agar kita bisa kembali fokus bekerja."
Tanpa menunggu reaksi rekan setimnya, Lila beranjak dari mejanya sambil memyambar kantong kertas itu. Percuma merasa ragu untuk mengembalikan jas ini. Cepat atau lambat Lila akan berhadapan dengan Orion lagi. Selain itu jas ini bisa menjadi alasan untuk melihat reaksi Orion. Melihat apakah Win sudah menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya pada Orion atau tidak.
Begitu keluar dari lift saat mencapai lantai paling atas Gedung ini, Lila melewati meja sekretaris Orion yang ditinggalkan pemiliknya. Karena pintu ruangan Orion terbuka, Lila berpikir mungkin sekretaris cantik itu sedang berada di ruangan itu. Lila pun berjalan menuju ruangan Orion begitu saja.
Namun pemandangan di dalam ruangan Orion yang mewah dan berkelas itu membuat Lila membeku di tempat. Lila tidak dapat menentukan apakah dia harus shock atau malu. Lila bahkan harus mengerjap beberapa kali untuk memastikan dirinya tidak salah lihat.
Bagaimana tidak? Tepat di depan matanya Lila melihat Diana yang duduk di meja Orion sedang menarik ujung dasi Orion yang duduk di kursinya. Belum lagi baju Diana yang luar biasa menggoda. Mini skirt putih, tank top polkadot pink yang dibalut dengan blazer pink. Dengan rambut ikal tergerai indah dan make up yang mempercantik wajahnya. Lila yakin tidak ada laki-laki yang tidak tergoda, terlebih dengan pose nya saat ini. Mereka bak model yang berpose untuk majalah fashion terkenal.
"Lila?"
Entah bagaimana Orion bisa mengalihkan pandangan dari godaan terindah itu dan menyadari kehadiran Lila. Bahkan pria itu berdiri dan beranjak dari tempat nya. Tanpa menoleh sekali pun pada Diana. Orion berjalan mendekati Lila.
"Well, sorry." Kata Lila mundur selangkah dari tempatnya berdiri. "Aku akan kembali lagi nanti."
"Tidak." Belum sempat Lila berbalik dan kabur, Orion sudah berada di depannya dan menarik lengannya. "Jangan salah paham. Aku memang ingin segera bertemu denganmu. Tapi maaf, ada gangguan yang menghambatku."

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
RomanceSeperti hal nya kotak terlarang itu, kenangan masa lalu bisa menjadi sumber segala masalah. Sebagaimana sulitnya menemukan kotak itu, menemukan kebenaran dari kenangan masa lalu bukanlah hal yang mudah. Sama seperti isi kotak pandora, kebenaran dari...