Chapter 4: The Song

436 53 6
                                    

I wake up with 7 missed calls and 3 messages from Nick, telling me that he has left early in the morning.

What the..?!

Semalem setelah pulang dan mandi gue main plant vs zombie sambil nunggu Nick ngabarin dia udah sampai rumah atau belum, dan tiba-tiba gue melek jam 7 pagi di kasur dalam posisi masih pegang handphone. I wasn't even drunk, and I couldn't remember a thing. Dumb ass.

Gue kayaknya emang harus telepon ibu di rumah buat nanya apa waktu kecil gue pernah diajak ke Afrika dan digigit lalat tse-tse. Dan begonya, gue bahkan nggak tanya kemarin malem, dia flight paginya sepagi apa. Asumsi gue jam 8-9 dan masih sempat gue susulin ke bandara, biar kayak film-film gitu mau ditinggal pake pelukan dulu.

Nick💕 23.16
Aku udah nyampe rumah. Sweet dream 😘
Oh iya, babe. Lupa ngomong ya tadi. Flightku super early, jam 6.30. Biar besok diantar supir aja atau naik taxi. So I guess no farewell? See ya in 5 days.

Nick💕05.48
Couldn't even sleep last night. Boarding now. Love you 💞

Fuck.

Gue bangkit dari kasur menatap cermin dengan rambut gue yang kayak kolong wewe, terurai dan berantakan. Now I officially hate myself.

Indrika 07.15
Niiiick... 😭😭😭 Sayang I'm sooo soooo sorry
I won't even forgive myself for doing this.
Tell me as soon as you arrive. Call me. Yell at me or something 😭

Gue pun nggak turun dari kamar untuk sarapan, demi menunggu balasan dari dia. Gue bahkan nggak tau dia landing jam berapa, tapi untuk membayar rasa bersalah gue, gue janji akan menghukum diri dengan nggak makan sampe memastikan dia udah sampai di Guangzhou.

Dua jam kemudian gue nyerah. Akhirnya gue kurangin hukuman gue dengan sarapan separuh porsi aja. Setengah jam kemudian gue balik ke kamar sambil mondar mandir biar penyakit lalat tse-tse gue nggak kambuh. Sambil membereskan dokumen dan menata apa aja yang perlu gue bawa untuk presentasi dan penandatanganan dokumen hari Senin, gue nelpon Indira buat konsultasi ke mana aja baiknya gue entar sore. Sekalian curhat.

"Printilan apaan sih?"

"Gue pengen bikin apa kek gitu, buat permintaan maaf"

"Beliin kue aja sih, sama bunga,"

"Masa dia gue kasih bunga, Mak? Lu yang bener dong?"

"Bunga tuh sekarang unisex tau. Cewek doang apa yg boleh nerima"

"Art and craft gitu gimana?"

"Ah elah lu pegang gunting yg bener aja nggak bisa, art and craft my ass." suka bener nih orang kalo ngomong memang.

"Bangke. Iya sih. Ya tapi pengen keliatan usaha dikit gitu kan."

"Ya udah lu beliin cake lu isi tulisan sendiri ato bikinin surat kan udah?"

"Yeee sekalian mau anniv ke 3 nih, early celebration."

"Iye paham itu juga udah soswit kali ah. Masa mau bikin kembang-kembang bentuk love gitu? Norak lu kek ababil!"

"Trus gue mesti ke mana nih?"

"Sukhumvit kan banyak tuh cafe-cafe lucu. Bakery juga. Deket stasiun Asok banyak florist kalo lu mau survey. Cafe-cafe live music gitu juga."

"Mayan juga ye buat seger-seger liat mas-mas akustikan."

"I thought you come to seek for forgiveness. Lagian mas-mas akustik seger tuh nyarinya di Bandung, ngapain jauh-jauh ke Bangkok"

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang